Sabtu, 23 Oktober 2010
Titik Api diam belum terlihat (Gunung Merapi, Yogyakarta)
BERKABUT, Puncak Gunung Merapi sedikit berkabut saat difoto dari Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (23/10) dini hari. Hingga kemarin gempa multi phase (MP) terus mengalami peningkatan.
SLEMAN (SINDO) – Kendati kondisinya makin kritis,namun tanda-tanda Gunung Merapi mendekati meletus hingga kemarin belum juga terjadi. Titik api yang selama ini menandakan lava telah sampai di puncak Merapi,juga belum terlihat. Salah satu gejala kemunculan bola api yang bisa memicu letusan gunung selama ini adalah terjadinya gempa multi phase(MP).
Dari catatan yang ada,jika gempa MP sudah melebihi 500 kali, maka potensi munculnya titik api diam cukup besar.Sementara dari data di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, hingga kemarin gempa MP tercatat sudah melebihi 500 kali.Itu artinya, mulai muncul prediksi bahwa titik api di puncak Merapi segera muncul. Namun kenyataannya sampai kemarin,titik api diam yang dipredisikan mulai muncul itu belum terlihat.
“Belum. Sampai hari ini (kemarin) dimana letak atau posisi titik api diam di puncak Merapi, belum terlihat,”kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Surono kepada Seputar Indonesia(SINDO),kemarin. Surono mengatakan selain belum melihat adanya titik api diam di puncak Merapi, sejauh ini pemantauan perkembangan kondisi Merapi juga terkendala adanya kabut yang menutupinya.Kabut mulai menyelimuti Merapi sejak pukul 08.00 WIB.
Namun,untuk kondisi Merapi, secara umum masih dalam status siaga. “Karena tertutup kabut ini, maka secara visual perkembangan Merapi tidak dapat diketahui,” terangnya. Kepala seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Sri Sumarti membenarkan belum adanya kemunculan titik api diam di puncak Merapi. Sumarti mengatakan berdasarkan pengamatan di lima pos pengamatan, kemarin belum terlihat munculnya titik api di puncak Merapi.Sehingga untuk arah erupsinya belum dapat diketahui.
Sebab, jika nantinya titik api telah muncul, dapat dipetakan ke mana arah erupsi Merapi ini. “Selain itu, dengan belum ada pembentukan kubah dari lava yang muncul di permukaan puncak Merapi, sehingga juga belum ada manifestasi yang signifikan, ”jelasnya. Petugas pos Pengamat Gunung Merapi (PGM) Kaliurang Heru Suparwoko membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan memang sampai kemarin sore titik api diam di puncak Merapi belum terlihat.Hal itu berdasarkan pengamatan baik secara visual maupun dengan peralatan (CCTV).
“Kami masih terus mencari titik api yang menandakan lava telah sampai ke puncak Gunung Merapi,”tuturnya. Heru menambahkan,berdasarkan pengamatan secara visual, yang terlihat, terjadi guguran lava dan keluarnya asap sulfatara. Guguran lava dengan jarak luncuran sejauh 1 km menuju ke arah Bebeng, Kaliurang, Pakem, Sleman dan untuk asap sulfatara sejauh 100 meter menuju barat. Tapi untuk visual ini, hanya terlihat pada pagi hari. Sebab, sejak pukul 08.00 WIB kondisi Merapi tertutup kabut hingga sekarang.
“Sehingga, perkembangan Merapi hanya dapat dipantau dengan alat,baik sesmograf maupun parameter,”jelasnya. Berdasarkan data di pos PGM Kaliurang, untuk kegempaan pada Jumat (22/10) mengalami kenaikan cukup signifikan jika dibandingkan Kamis (21/10). Pada Jumat untuk gempa vulkanik terjadi sebanyak 52 kali (7 gempa dalam dan 45 gempa dangkal),gempa MP 514 kali dan guguran 81 kali. Sedang pada Kamis (21/10) gempa vulkanik 41 kali (7 gempa dalam dan 34 gempa dangkal), MP321kalidanguguran93kali.
“Sementara pada Sabtu (23/10) hingga pukul 14.00 WIB, tercatat untuk gempa vulkanik sebanyak 33 kali.Terdiri dari vulkanik dalam 3 kali dan dangkal 30 kali.Gempa MP sebanyak 281 kali dan guguran 58 kali,”terangnya Selain itu, sejauh ini juga pernah terjadi gempa tremor.Namun, untuk gempa ini baru terjadi satu kali, yaitu pada Kamis (21/10) lalu di mana dengan adanya gempa tersebut status Merapi menjadi dinaikkan dari waspada menjadi siaga. Tapi, setelah itu,gempa tremor belum terjadi lag.
Gempa tremor sendiri merupakan salah satu indikator adanya peningkatan aktivitas magmatik secara signifikan.Terutama untuk mengetahui perkembangan di dalam gunung tersebut.Namun gempa tremor ini juga bukan sebagai indikasi untuk menaikan status merapi dari Siaga menjadi Awas dan akan meletus. “Justru jika sudah terjadi awan panas, ini yang perlu diwaspadai. Sebab biasanya jika awan panas muncul akan dibarengi dengan erupsi,”tegasnya. Pemkab Sleman kemarin terus melakukan berbagai persiapan dalam menghadapi bencana Merapi.
Setelah mendistribusikan masker di kawasan rawan bencana (KRB) III,pemkab juga mendistribusikan logistik pengungsi. Seperti tenda dan peralatan dapur umum ke barak pengungsian. Koordinator SAR Kabupaten Sleman, Haryono membenarkan hal tersebut.Ia mengatakan,sesuai dengan standar opersional prosedur (SOP) segala hal yang dibutuhkan untuk para pengungsi harus sudah siap di barak pengungsian. Sehingga saat nanti,evakuasi logistik tersebut “Pembagian ini, kami laksanakan dalam satu hari, yaitu ke tujuh barak pengungian yang ada di KRB III, yakni di Hargobinangun dan Purwobinangun,Pekam,Girikerto dan Wonokerto,Turi serta Umbulharjo, Glagaharjo dan Kepuharjo, Cangkringan,”terangnya.
Sementara itu,ribuan personel jajaran Korem 072 Pamungkas siap diterjukan dalam menghadapi bencana Merapi. Ribuan personel ini kemarin melakukan apel siaga Merapi di lapangan parkir Tlogo Putri, Kaliurang. “Personel yang kami siapkan ada seribu lebih, belum yang dari Polri maupun Pemda Sleman,” kata Danrem 072 Pamungkas, Kolonel Kav Sumedy sesuai apel siaga Merapi,kemarin.
Meskipun status Merapi sudah naik menjadi Siaga, namun para pedagang di objek wisata Kaliadem hingga kemarin tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Padahal, obyek wisata ini masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.Jumlah para pedagang di areal wisata Kaliadem tersebut ada 19 orang. “Saya baru mau pindah jika Merapi benar-benar akan meletus. Kalau saat ini, kami masih belum akan tutup.Kan masih belum terlalu berbahaya. Kami juga sudah biasa dengan situasi seperti ini.
Nanti kalau sudah akan meletus, baru kami tutup,” aka salah seorang pedagang, Sri Sularsih. Sedangkan untuk aktivitas penambagan di sungai Gendol sudah tertib. Terbukti di kawasan yang biasanya penuh dengan orang dan hilir mudik truk pengangkut pasir,mulai kemarin sudah tidak ada aktivitas penambangan seperti sebelum ada pengumuman larangan. Meskipun ada truk pengangkut pasir masih terlihat di kawasan Gendol,namun hanya mengambil pasir yang ada di depo,bukan ke Kali Gendol.
Pemerintah Dinilai Lambat
Penanganan persiapan menghadapi erupsi atau letusan Merapi oleh pemerintah sejauh ini dinilai masih sangat minim.Selain jalur evakuasi yang masih rusak parah,barak pengungsian juga dinilai tidak layak. Ketua Komisi VIII DPR Abdul Kadir Karding saat mengunjungi Pos Pengamatan Merapi di Babadan, Kecamatan Dukun,Kabupaten Magelang, Sabtu (23/10) petang meminta Pemkab Magelang dan Pemprov Jateng harusnya lebih cepat dan tanggap mempersiapkan segala sesuatu menghadapi bahaya Merapi.
‘’Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta sudah menyatakan status Merapi naik menjadi siaga,kok kondisi persiapannya masih minim begini,’’ ujarnya, Seusai dari Pos Babadan, Karding dan anggota DPRD Jateng juga mengunjungsi barak pengungsian di Desa Ngadipuro,Dukun. Mereka kembali menyatakan prihatin dengan kondisi persiapan bahaya Merapi yang dilakukan Pemkab Magelang dan Pemprov Jateng.
Pasalnya,barak pengungsian yang ada di desa itu juga kondisinya masih rusak. Selain kondisi bangunannya rapuh, gedung bakal barak pengungsian itu atapnya bocor, berlumut, dan digenangi air. Sementara itu Bupati Magelang Singgih Sanyoto mengungkapkan,pemkab telah mengajukan anggaran Rp 600 miliar ke pemerintah pusat yang dipersiapkan untuk keperluan kebutuhan antisipasi penanganan dan penanggulangan erupsi Merapi. Dana Pemkab yang masih tersedia sangat terbatas yakni hanya tersisa Rp1,5 miliar.
‘’Mengingat minimnya dana yang ada tersebut,maka untuk perbaikan jalur evakuasi yang rusak sementara akan ditambal pasir dan batu dulu.Sebab kalau harus langsung di aspal membutuhkan dana lebih besar, dan waktu yang lebih lama.Padahal status Gunung Merapi sudah siaga,’’ jelasnya,kemarin. Sementara itu di Karanganyar, PMI cabang Karangayar kemarin menggelar simulasi siaga dan penanganan bencana di sejumlah sekolah. Simulasi tersebut diantaranya digelar di SDN 1 Tawangmangu dan SMPN 1 Tawangmangu kemarin. (priyo setyawan/m abduh/ farid firdaus)
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/359438/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar