Sabtu, 23 Oktober 2010

Gunung Merapi Semakin Kritis


SIAGA Kondisi Gunung Merapi terlihat dari Kaliadem, Cangkringan, Sleman, kemarin. Status Gunung Merapi saat ini telah dinaikkan dari waspada menjadi siaga.

SLEMAN (SINDO) – Kondisi Gunung Merapi semakin kritis.Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bahkan menyatakan kondisi Gunung Merapi saat ini tidak akan kembali ke posisi normal semula.


“Jika melihat perubahan yang terjadi sejak September hingga saat ini,diperkirakan Gunung Merapi sudah mencapai kondisi point of no return,” ujar Kepala PVMBG Surono saat sosialisasi di Balai Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, kemarin. Dia menuturkan, gempa-gempa yang terjadi di Merapi saat ini lebih besar daripada 2006 lalu.Aktivitas Gunung Merapi sudah meningkat lebih dari 500%.“Apakah artinya gunung ini akan segera meletus, kalau itu yang mengetahui adalah Merapi sendiri,“ katanya. Surono menjelaskan, pada 20 Oktober 2010 atau sehari sebelum gunung ini dinaikkan statusnya menjadi siaga,tercatat telah terjadi 479 kali kejadian gempa multiphase, 39 kejadian gempa vulkanik, dan 29 kali guguran.

“Ciri-ciri lain adalah kandungan air dan gas Merapi sudah sangat berkurang, artinya kondisinya sudah panas sekali.” “Suhu terakhir yang kita catat di kawasan Woro pada20Oktobermencapai 587 derajat Celsius,”katanya. Kemarin, guguran material di Gunung Merapi cenderung meningkat. Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian(BPPTK) Yogyakarta Subandrio, jarak luncuran guguran material Merapi saat ini sekitar 1,5km denganvolumeyangsemakin besar dibandingkan hari-hari sebelumnya. Guguran masih tetap mengarah ke Kali Gendol di sisi selatan dan Kali Krasak di sisi barat daya.

Kecenderungan guguran material, menurutnya,akan semakin meningkat hingga kemudian terbentuk kubah lava baru sebelum muncul erupsi. Jika kondisi terus terjadi, Merapi akan meletus sesuai dengan karakteristik normalnya.Namun jika terjadi proses yang berbedajseperti adanya akumulasi gas,jenis letusannya juga berbeda. Di mengatakan, selama status siaga, masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III belum perlu diungsikan.Namun, masyarakat yang tinggal dengan radius 7 km dari puncak Merapi tersebut wajib mengungsi apabila status Merapi meningkat menjadi awas atau saat muncul awan panas. “Di KRB III tersebut terdapat sekitar 40.000 jiwa yang tersebar di beberapa kabupaten di sekitar Merapi,” ujarnya.

Ahli geologi UPN Veteran Sari Bagiarti memprediksi ancaman letusan Gunung Merapi tahun ini lebih besar jika dibandingkan dengan peristiwa erupsi tahun 2006. Sebab dalam kurun waktu tersebut, Merapi menyimpan potensi kekuatan yang sangat besar.“Oleh karena itu, status siaga Merapi sudah tepat dan harus diperhatikan oleh semua pihak,”katanya. Saat dihubungi dari Yogyakarta, petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang Heru Suparwoko mengatakan,aktivitas Merapi mengalami intensitas gempa multiphase cukup tinggi.“Sampai pukul 06.00 tadi pagi (kemarin) sudah terjadi gempa sebanyak 154 kali.

Jadi masih tinggi, trennya selalu meningkat,”ujarnya. Namun,dia mengaku kesulitan memantau secara visual Gunung Merapi. Sejak kemarin malam,gunung api paling aktif di dunia ini tertutup kabut tebal sampai menjelang malam. “Secara visual, guguran dan arahnya tidak bisa diamati. Kamera yang dipasang di puncak juga tidak maksimal karena tertutup kabut,”jelasnya.

Ditutup

Seiring peningkatan status Merapi dari waspada menjadi siaga, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman menutup jalur jalan penambangan pasir di wilayah Kepuharjo dan Glagaharjo.Secara resmi kebijakan ini mulai diberlakukan sejak kemarin. “Penutupan ini berdasarkan hasil rapat koordinasi penanggulangan bencana Merapi, Kamis (21/10) malam,setelah status Merapi dinaikkan menjadi siaga,” kata Kabid Penanggulangan Bencana, Kesbaglinmas,Sleman Taufiq Wahyudi kepada SINDOkemarin. Dia mengatakan, setelah adanya instruksi tersebut, demi menjaga ketertiban, beberapa aparat ditempatkan di lokasi.Namun,lantaran peraturan dan sosialisasi baru dilakukan kemarin, aktivitas pengangkutan dan penambangan masih dilakukan.

“Kita berharap mulai besok (hari ini) sudah ada penurunan penambangan bahkan berhenti sama sekali,”ujarnya. Selain menutup jalur jalan penambangan pasir,pemkab juga mulai mendistribusikan masker kepada masyarakat di kawasan rawan bencana (KRB) III kemarin.Pemkab menyiapkan 45.000 masker.“Kami juga mendistribusikan peralatan dapur dan melakukan sosialisasi tentang status merapi kepada warga di KRB III,”ujar Taufiq Wahyudi. Selain itu,posko utama penanggulangan bencana Merapi di Pakem dan sejumlah posko yang ada di kecamatan dan desa-desa yang ada di KRB III diaktifkan kembali. “Termasuk semua petugas yang terkait dengan masalah Gunung Merapi mulai Jumat (22/10) juga sudah siap siaga menghadapi bahaya bencana Merapi,”katanya. Tim SAR Linmas DIY menyiapkan enam tenda sebagai tempat pengungsian sebagai antisipasi bencana Gunung Merapi.

Tenda tersebut multifungsi, misalnya untuk dapur, rumah sakit atau balai pengobatan.Kondisi enam tenda dalam keadaan bagus. Koordinator Operasi SAR Linmas DIY Amtono mengatakan, enam tenda merupakan milik provinsi yang bisa digunakan jika kabupaten/ kota membutuhkan. “Saat ini, kondisi Merapi sudah meningkat sehingga kami bersiapsiap mendirikan enam tenda tersebut,” ujarnya. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap masyarakat tidak panik menghadapi peningkatan aktivitas Merapi. Dia mengaku sudah memberikan arahan kepada semua instansi pemerintah di tingkat provinsi maupun kabupaten terkait penanganan bencana erupsi Merapi.

“Merapi tidak pernah meletus, hanya meleleh saja.Kira-kira enam hingga delapan kilometer dari puncak. Ya semoga tidak (meletus)- lah,” ujarnya. Sultan belum memberikan imbauan kepada masyarakat untuk segera mengungsi. Dia masih menunggu perkembangan aktivitas Merapi. Sementara itu, Pemprov Jawa Tengah mulai menyiapkan skenario pengungsian. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Prijantono Jarot Nugroho mengatakan, selama ini tempat pegungsian sementara (TPS), maupun tempat pengungsian akhir (TPA) sudah disiapkan.

“Baik itu di Kabupaten Magelang, Klaten,maupun Boyolali,semuanya sudah siap,”ungkapnya kemarin. Menurut Jarot,warga akan diungsikan jika aktivitas Merapi terus meningkat. Hanya saja Jarot belum bisa memastikan, jumlah warga yang akan diungsikan tersebut.“ Yang jelas kita pantau terus aktivitas Merapi itu,”ujarnya. (mn latief/priyo setyawan/ muh slamet/ridwan anshori/ant)

Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/359309/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar