KINSHASA(SINDO) – Cerita tragis ini seharusnya menjadi pelajaran dunia penerbangan. Seekor buaya yang lolos ke kabin penumpang menyebabkan jatuhnya pesawat Let L-410 milik maskapai Filair di Kongo.
Akibatnya, pilot dan 19 penumpang tewas di lokasi kejadian,1 penumpang berhasil selamat. Cerita tentang buaya di kabin pesawat itu disampaikan oleh satusatunya penumpang yang selamat kepada tim investigator kecelakaan. Musibah pada 25 Agustus 2010 itu bermula ketika seekor buaya yang diselundupkan dalam pesawat tiba-tiba keluar dari tas olahraga. Kehadiran buaya membuat para penumpang panik. Mereka berteriak ketakutan dan coba menjauhkan diri dari buaya itu. Pada akhirnya, pilot Danny Philemotte, 62,asal Belgia pun merasa terganggu sekaligus terancam. Didampingi co-pilot Chris Wilson, 39, Philemotte berusaha mengendalikan pesawat.Tidak disangka, para penumpang justru masuk ke kabin pilot.
Mereka berdesakdesakan dalam kokpit, berharap bisa selamat dari serangan buaya. Kondisi ini menyebabkan Philemotte kian terganggu.Dia tidak lagi bisa mengendalikan laju pesawat. Pesawat yang lepas landas dari Kinshasa itu akhirnya menukik tajam dan menabrak sebuah rumah, hanya beberapa ribu kaki dari bandara tujuan di Bandundu.Sebanyak 20 orang pun tewas,1 penumpang dipastikan selamat dari insiden.Termasuk buaya selundupan itu. Kantor berita Jeune Afrique menulis, tidak ada kesalahan pada sistem kontrol pesawat.Artinya,kecelakaan memang disebabkan kepanikan atas kehadiran seekor buaya selundupan.“Seorang penumpang menyembunyikan binatang (buaya) yang rencananya akan dijual. Dia memasukkan buaya ke dalam tas olahraga,”kutip Jeune Afrique.
Kecelakaan pesawat itu tentu menyedihkan keluarga awak dan penumpang. Jean, ibu co-pilotWilson, mengirim berita duka cita lewat satu surat kabar lokal. Di atas halaman khusus itu, Jean menulis kenangan tentang putranya.“Dia (Wilson) sangat suka terbang.Dia bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya, yaitu menjadi seorang pilot,” tulis Jean seperti dikutipDaily Mail. Let L-410 merupakan pesawat buatan Ceko.Hingga kini,produsen telah membuat 1.100 Let L-410.Pesawat itu bukan jenis alat transportasi udara jarak jauh. Let L-410 hanya melayani rute jarak dekat. Kronologi jatuhnya pesawat terungkap dari juru bicara misi perdamaian Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di Kongo,Madjodje Mounoubai.
“Pesawat jatuh dan menimpa rumah penduduk. Beberapa orang tewas,” jelas Mounoubai. Kecelakaan pesawat hanya berselang beberapa saat setelah penutupan wilayah udara di kawasan barat Kota Bandundu,Kongo. Kongo yang berada di tengah Benua Afrika dikenal sebagai salah satu wilayah udara paling berisiko dalam hal keselamatan penerbangan. Tahun lalu, tercatat kecelakaan pesawat yang menewaskan 6 orang di Kongo. Sebanyak 5 korban merupakan awak asal Ukraina, sedangkan 1 penumpang berasal dari Kongo. Pesawat barang Antonov 12 itu jatuh di dekat Kota Brazzaville, kata pejabat Kementerian Perhubungan Kongo. Pesawat lepas landas dari Pointe Noire, ibu kota ekonomi Kongo, pukul 05.00 GMT (pukul 12.00 WIB) dan jatuh satu jam kemudian.
“Lokasinya sekitar 20 km sebelah selatan kota tujuannya, Brazzaville,” kata Menteri Perhubungan Kongo, Emile Ouosso,kepada wartawan. Beberapa negara di Afrika Tengah bergantung pada pesawat Antonov untuk perjalanan udara.Mereka memilih jalur udara karena kurangnya jalan darat di kawasan itu. Kalau ditilik dari kondisi pesawat, kecelakaan kerap diakibatkan usia tua si burung besi. Selain itu, diperkirakan pesawat kurang mendapat perawatan yang cukup.
Pada 2007, Pemerintah Kongo melarang penumpang melakukan perjalanan dengan pesawat Antonov, tapi pesawat barang Antonov 12 masih diizinkan beroperasi mengangkut barang dalam jarak 500 km antara Brazzaville dan Pointe Noire. (Daily Mail/Rtr/ Telegraph/anastasia ika)
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar