Pala (Myristica fragan Haitt) merupakan rempah asli Indonesia, tepatnya berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopolo ke Tiongkok melewati Pulau Jawa dari tahun 1271 sampai 1295. Sejak itu pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera. Kandungan kimia pala jadi solusi alami untuk meredakan stres dan gangguan insomnia. Sudah lama pala dikenal sebagai rempah-rempah penghasil minyak atsiri. Minyak ini merupakan salah satu bahan dasar dalam industri minuman dan kosmetik. Secara umum manfaat pala diambil dari kulit batang hingga daging buahnya.
Batang pohon pala biasa disebut kino, sering dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanamannya menghasilkan minyak atsiri. Selain itu, ada juga fuli atau benda yang menyelimuti buah berbentuk seperti anyaman, dan biasa disebut bunga pala. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual di dalam negeri. Secara turun-temurun, pala dimanfaatkan sebagai herba, terutama biji dan daging buahnya. Biji pala diyakini sangat baik untuk mengobati gangguan pencernaan, muntah-muntah, dan lain-lain. Buah pala dapat meringankan semua rasa sakit dan nyeri akibat tubuh kedinginan serta lambung dan usus "masuk angin". Daging buah pala sangat baik dan digemari masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya asinan, manisan, atau selai pala. Tidak hanya di dalam negeri, di beberapa negara di benua Eropa dan Asia, pala juga cukup dikenal. Pala sering digunakan sebagai ramuan untuk terapi gangguan tidur, stres, mencegah dehidrasi, dan meningkatkan stamina.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan National Science and Technology Authority, dalam bukunya Guidebook on the Proper Use of Medicinal Plants, terungkap bahwa buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan. Kulit dan daging buah pala mengandung minyak atsiri dan zat samak, sedangkan fuli atau bunga pala mengandung minyak atsiri, zat samak, dan zat pati. Biji pala memiliki kandungan minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena, dan asam oleanolat. Jadi, hampir semua bagian buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain dibuat ramuan, pala juga dapat dijadikan bahan baku pembuatan sirop. Seperti diungkapkan Michael van den Bos, konsultan medis dan herba dari Herbacure Centre, buah pala dapat dijadikan sirop. Caranya, buah pala rebus untuk diambil sarinya. Tambahkan gula secukupnya bila suka. " Sirop ini seperti minuman lain yang sifatnya menyegarkan. Sirop buah pala memiliki sifat menenangkan dan cocok untuk meredakan stres, " sebutnya. Michael juga menyebutkan, karena bersifat menenangkan, ramuan berbahan baku pala cocok digunakan oleh mereka yang mengalami gangguan tidur atau insomnia, juga untuk melancarkan darah, meredakan gangguan lambung, nyeri, dan perut mulas karena masuk angin.
Seperti diungkapkan Sunarto, penggemar pala, buah pala dalam bentuk serbuk sering dijadikan campuran membuat jus atau air kelapa muda. Menurutnya, ekstrak buah pala meski memiliki bau tajam, jika dicampur jus bisa memberikan efek positif. Terlebih bagi pekerja lapangan, ekstrak pala dapat digunakan untuk menjaga stamina dan mencegah dehidrasi. " Saya biasa membeli ekstrak pala dari seorang rekan yang suka membuat ramuan pala. Sebenarnya kita bisa membuatnya sendiri. Caranya, pala dikeringkan, ditumbuk hingga halus, lalu dicampurkan ke dalam jus atau air kelapa muda. Dosisnya tidak boleh lebih dari 15 gram ekstrak pala untuk satu gelas minum ukuran besar," papar pria berusia 43 tahun ini.
Saat ini di pasaran memang tidak banyak ekstrak pala yang dijual. Untunglah, beberapa pengobat telah mengembangkannya dalam bentuk seduhan yang berdiri sendiri atau dicampur dengan herba lain. Di pasar internasional, dikenal beberapa jenis pala, yakni Myristica fragrans Houtt, Myristica argentea Ware, Myristica fattua Houtt, Myristica specioga Ware, Myristica Sucedona BL, dan Myristica malabarica Lam. Jenis pala yang banyak dikembangkan terutama Myristica fragrans, sebab memiliki nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya. Disusul jenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga, Myristica sucedona, dan Myristica malabarica produksinya rendah, sehingga nilai ekonomisnya rendah pula. Sementara jenis Myristica fragrans relatif banyak dikembangkan di Indonesia karena merupakan habitatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar