Para pejuang memiliki karakteristik keindahan tersendiri untuk memberikan semangat kebangkitan, membangkitkan kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Reaksi-reaksi yang diharapkan dapat menimbulkan ilham/membakar emosi pendengar. Keunikan dari segi kebahasaannya, yang nantinya akan dapat memberikan kesan tersendiri.
Gaya bahasa yang digunakannya bersifat ekspresi dan universal nasionalis. Bahasa yang digunakannya secara spontanitas, namun mampu memikat rakyatnya karena mengandung unsur keindahan dalam berbahasa.
PENDAHULUAN
Gagasan pada dasarnya berwujud buah pikiran, ungkapan perasaan, atau pernyataan kehendak, yang tersimpan pada diri seseorang.Pertukaran gagasan itu sendiri tidak akan dapat berlangsung jika tidak didukung oleh alat penghantar gagasan yang disebut bahasa. Jika seseorang ingin menyampaikan apa yang dipikirkannya,dirasakannya atau dikehendakinya dengan jelas kepada orang lain, maka bentuk-bentuk bahasa yang dipergunakannya pun haruslah mencerminkan kejelasan.
Demikian halnya pada bidang sejarah, bahasa sebagai penghantar gagasan para pejuang nasionalisme untuk menyampaikan inspirasinya. Paham nasionalisme Indonesia mulai dikenal di Indonesia pada awal abad ke-20.Nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap individu hasus diserahkan kepada negara kebangsaan, jadi dalam hal ini negara disamakan dengan bangsa.
Jikalau mungkin segi kebahasaan para pejuang nasionalisme tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia pada zaman sekarang, namun keindahan bahasanya membuat generasinya banyak yang mengikuti jejak nasionalismenya.
BUNG TOMO
Berikut cuplikkan pidato almarhum kakek kita yang gagah berani ketika mengusir bangsa Inggris dari tanah Pertiwi:
Bismillahirrohmanirrohim……Permulaan pidato Bung Tomo pada kata “Merdeka”, menunjukkan pengawalan rasa semangat agar perhatian rakyat tertuju padanya. Perkataan lain “Supaja kita datang pada mereka itoe dengan mengangkat tangan…. dengan membawa bendera poetih…..”.
Merdeka!!!Saoedara-soedara ra’jat djelata di seloeroeh Indonesia,………….
Kita diwadjibkan oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan,menjerahkan sendjata-sendjata jang kita reboet dari tentara Djepang.Mereka minta supaja kita datang pada mereka itoe dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta.supaja kita semoea datang kepada mereka itoe dengan membawa bendera poetih….
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe,
Pemoepa-pemoeda jang berasal dari Soelawesi,
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali,
Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soematra,……………………
telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol,……….
Dengarkanlah ini hai tentara Inggris,
Ini djawaban ra’jat Soerabaja
Ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian Hai tentara Inggris!
Tetapi inilah djawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah dan putih,
Maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!
Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka.
Dan oentoek kita,saoedara-saoedara,lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.Sembojan kita tetap:MERDEKA atau MATI.
Allahu Akbar..!Allahu Akbar…!Allahu Akbar…!
MERDEKA!!!
Mengangkat tangan dan membawa bendera poetih berarti menyerah.
Tetapi Bung Tomo secara spontanitas mengungkapkanya menggunakan majas sinedoks pras prototo (sebagian untuk semua ).
Bung Tomo banyak menggunakan majas paralelisme untuk memperluas dan memperjelas sasarannya,pada kata “ Pemoeda-pemoeda jang berasal dari Malakoe ……Pemoeda-pemoeda jang berasal dari ….”.
Rasanya tidak ada waktu kosong untuk tidak mengungkapkan gagasanya, jadi selalu ada saja inspirasinya yang begitu menggugah. Pada kata “Telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa dijebol”.
Kata dijebol terkesan rasa ketangguhan jiwa seorang pahlawan.
Kata “Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain putih,maka selama itoe tidak akan ganti menjerang mereka itu.”
Kata darah merah menunjukkan selama darah kita masih dapat difungsikan (hidup).
Kain putih menjadi merah dan putih berarti menyerah menjadi menegakkan kembali bendera merah putih/bangkit untuk merdeka .
Dan juga bandingkan dengan lagu Ari Lasso berikut “Selama jantungku masih berdetak, selama itu pula engkau milikku,selama darahku masih mengalir, cintaku takkan pernah berakhir.”. Selarik lagu tersebut hampir bersesuaian dengan bahasa spontanitas yang digunakan Bung Tomo . Jadi begitu alamiahnya gaya bahasa yang begitu indah dan sekarang banyak dipakai kata-kata simbolis tersebut oleh para vokalis .
Kalimat yang digunakan terakhir kali oleh Bung Tomo juga menunjukkan kata-kata yang menggugah semangat dengan bersemboyan yang penuh arti yaitu MERDEKA atau MATI. Karakteristiknya terlihat sekali berbahasa nasionalisme ,dengan menggunakan bahasa perulangan ,penggugah semangat,dan peribahasa yang indah.Akhirnya berdampak pada arek-arek Surabaya untuk mempertahankan dari gempuran tentara Inggris,sehingga dikenang sebagai Hari Pahlawan.
PESAN BUNG KARNO
Mungkin kita masih ingat peristiwa 3 Mei 1964 ketika dihadapan ratusan ribu sukarelawan Dwikora Bung Karno dengan lantang berpidato:
“Ini dadaku, mana dadamu?
Kalau Malysia mau konfrontasi ekonomi
Kata hadapi dengan konfrontasi ekonomi
Kalau Malaysia mau konfrontasi politik
Kita hadapi konfrontasi politik
Kalau Malaysia mau konfrontasi militer
Kita hadapi konfrontasi militer”
Kalimatnya juga menggunakan majas paralelisme,yaitu pada kata “kita hadapi……..kalau Malaysia”.
Mungkin itulah karakteristik keindahan bahasanya, terlihat seperti bait pantun. Pada kata ”Ini dadaku, mana dadamu?” menunjukkan rasa berani dan tangguh (menantang) dan bermajas sinedok pras prototo. Bung Karno secara spontanitas tidak mengatakan “Ini diriku” , namun ucapan yang langsung terlontar tersebut bergaya bahasa yang memikat.
Akhirnya sejarah membuktikan Bung Karno tanggap terhadap luka dan kemarahan yang dialami oleh rakyatnya dan terlewatilah masalah tersebut. Akan tetapi perasaan tidak bersahabat dengan Malaysia terus membayangi bagai api dalam sekam.
PESAN MOHAMMAD YAMIN
“Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong,tetapi memangbenar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah Indonesia sendiri”
(Disampaikan pada kongres Pemuda 2 di Jakarta 27 Oktober 1928 yang dihadiri oleh berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar,dimana ia menjabat sebagai sekertaris).
Dan perkataan lainya “Peninggalan Majapahit, seperti yang diwariskan kepada kita oleh Gajah Mada,kita terima dengan penjagaan sepenuh hati,supaya dapat diturunkan lagi dengan sempurna kepada bangsa yang akan berumah tangga di atas tumpah darah nusantara yang kekar abadi.”
Moh Yamin menggunakan kata “Akar sejarah “yang merupakan kata simbol untuk mengungkapkan pikirannya yang berarti dasar atau pondasi sejarah Indonesia dan kata “Bangsa yang akan berumah tangga di atas tumpah darah nusantara………..”.
Kata simbol berumah tangga berarti berdomisili.Dan tumpah darah nusantara berarti tanah air nusantara.Pejuang nasionalisme mengungkapkan kata simbol tersebut, terasa menyentuh dan semakin memperjelas maksud tujuanya.
PESAN JENDERAL SUDIRMAN
Pesan beliau, “Tempat saya yang terbaik di tengah-tengah anak buah saya,akan meneruskan perjuangan. Met of zonder pemerintah TNI akan berjuang terus untuk negeri ini “.
Kakek Sudirman sengaja menggunakan bahasa asing, sehingga pencampuran bahasa ini terlihat lebih menunjukkan intelektualitas . Dan lagi-lagi pejaung nasionalisme menggunakan kata-kata yang dapat membawa hati para rakyatnya dengan mengatakan bahwa,” Tempat saya yang terbaik ditengah-tengah anak buah saya”.
Beliau menggunakan kata “anak buah” yang merupakan kata simbolis yang berarti prajurit atau muridnya.Pesan tersebut disampaikannya pada jam –jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan beliau dalam keadaan sakit,namun rasa semangatnya untuk berbangkit tetap ada.
PESAN DR.R.SOEHARSO
“Right or wrong is my country,lebih-lebih kalau kita tahu,negara kita dalam kedaan bobrok,maka justru saat itu lah kita wajib memperbaikinya”
Pejuang yang satu ini merupakan seorang nasionalisme dan patriotisme. Beliau juga menggunakan bahasa asing. Kata” bobrok” yang ditujukan pada Negara Indonesia, terkesan dalam sekali bila didengar/merendahkan.
Negara kita berarti memang benar-benar parah kondisinya, sehingga kata-kata pahlawan tersebut diharapkan dapat mengubah keadaan di suatu negara, dengan menyentuh dan mengajak hati rakyatnya.
PESAN SUPRIYADI
“Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat,kedudukan, dan gaji”
Pahlawan nasional tersebut, mengatakan” pangkat ,kedudukan dan gaji “. Kata tersebut memberikan arti yang hampir berdekatan, yang mana maksudnya jabatan atau kekayaan. Kata tersebut bermajas pararelisme (mengulang kata yang maknanya hampir sama). Akan tetapi bila ditelaah pada kamus bahasa Indonesia maknanya mungkin saja sedikit berbeda.Pesan tersebut disampaikan saat beliau memimpin suatu pertemuan yang dihadiri oleh anggota PETA.
PESAN ABDUL MUIS
“Jika orang lain bisa,saya pun bisa, mengapa pemuda –pemuda kita tidak bisa,jika memang mau berjuang”
Pesannya tersebut bernada sindiran terhadap pemuda-pemuda Sulawesi.Kalimatnya yang begitu memukau bermajas ironi, paralelisme dan terkesan bersajak a-a-a-a.Pesan tersebut merupakan pengalamannnya di luar negeri kepada para pemuda di Sulawesi.
PESAN PANGERAN SAMBERNYOWO
“Rumangso melu handerbeni,wajib melu hangrungkebi,mulat saliro hangroso wani”
Merupakan prinsip Tri Dharma yang dikembangkan oleh Mangkunegoro I. Pesannya menggunakan Bahasa Jawa ,sehingga terlihat lebih dekat beliaunya dengan Rakyat Jawa. Bahasanya tersebut bersajak a-a-a-a dan menarik sekali bila dibaca. Arti dari kata-kata itu , adalah merasa ikut memiliki, wajib ikut mempertahankan, mawas diri dan erani bertanggung jawab. Pesan beliau tersebut dapat membangkitkan jiwa cinta tanah air bagi rakyat Indonesia..
PESAN PATIH GAJAH MADA
“Sumpah Palapa,saya tidak akan makan buah palapa sebelum mempersatukan seluruh Nusantara di dalam naungan Kerajaan Majapahit”
Gajah Mada adalah seorang patih kepercayaan Prabu Hayam Wuruk(matanggwan) yang yang bersifat satya bhakti aprabhu(setia dengan hati yang ikhlas kepada negara dan Pemegang Mahkota). rasa persatuan dan kesatuaanya sangat tinggi sehingga akhirnya malah mengorbankan dirinya sendiri. Bahasa dari pesannya begitu indah dan bermajas, karena menggunakan keterkaitan buah palapa .
Kata–katanya sungguh meyakinkan dan percaya diri . Pesannya dinamai Sumpah Palapa , bersimbolkan buah palapa yang mana merupakan buah seperti semangka namun pahit . Gajah Mada membuat sumpah dan bukan pesan ajakan karena dia menginginkan rakyat mengikutinya sedangkan dia sendiri mencontohkannya dengan menggunakan bahasa meyakinkan (majas pleonasme).
Bait pesannya yang pertama terdengar indah (bersajak a-a-a-a). Disini Gajah Mada memberikan nuansa yang berbeda ,yaitu pesannya berupa sumpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar