Cerita Singkat
Kisah dimulai dengan kehidupan Muluk dan sang ayah, Makbul. Sudah dua tahun Muluk lulus dari bangku kuliah, tapi selama itu, Muluk masih saja menganggur. Padahal ia ingin sekali punya pekerjaan yang bisa ia banggakan pada sang ayah.
Suatu hari, Muluk tanpa sengaja memergoki anak jalanan yang sedang mencopet. Muluk pun berkenalan dengan pencopet cilik itu, Komet, namanya. Berawal dari perkenalan dengan Komet, Muluk akhirnya tahu bahwa masih banyak anak-anak sebaya Komet yang berprofesi sebagai pencopet. Tak cuma berkenalan dengan pencopet-pencopet cilik, Muluk juga berkenalan dengan Jarot, bos para anak-anak jalanan pencopet ini. Selama ini Jarot mengorganisir anak-anak jalanan pencopet ini dengan rapi, bahkan ia membaginya dalam 3 kelompok, pencopet angkot, pencopet mall dan pencopet pasar.
Melihat kehidupan lain anak-anak jalanan, muncul ide di kepala Muluk. Ia menawarkan diri pada Jarot untuk mengelola keuangan para pencopet cilik ini dan mendidik mereka. Untuk itu, Muluk meminta imbalan 10% dari hasil mencopet.
Kedekatan Muluk dengan para pencopet cilik ini, lama-lama membuat hati Muluk tergerak untuk mengubah nasib anak-anak jalanan ini. Ia pun mengajak dua temannya, Syamsul dan Pipit untuk bersama-sama mendidik para anak-anak jalanan dan mengubah pola pikirnya agar tak lagi jadi pencopet.
Dan pada saat Muluk, Syamsul, dan Pipit mendidik para pencopet itu, ayah Muluk dan ayah Pipit ingin mendatangi tempat bekerja mereka. Dan pada saat ayah-ayah mereka dating dan mendapati ternyata pekerjaan anak mereka adalah mendidik para pencopet, ayah-ayah mereka itupun tidak setuju dengan pekerjaan mereka karena ayah-ayah mereka menggap mereka itu telah memakan uang haram. Padahal pada saat itu mereka memutuskan untuk berubah dari profesi mencopet mnjadi pengasong.
Setelah akhirnya Muluk, Syamsul, dan Pipit memutuskan untuk berhenti mendidik mereka, sebagian dari mereka memutuskan untuk tidak jadi mengasong dan tetap mencopet, dan sebagian lagi memutuskan untuk mengasong.
Di akhir cerita Komet dan kawan-kawan yang sedang mengasong dikejar-kejar oleh Polisi Pamong Praja (POL-PP) karena melanggar Peraturan Daerah untuk dilarang mengasong di jalanan. Namun, pada saat itu ada Muluk yang dating untuk menghalangi POL-PP untuk menangkap anak-anak itu, dan akhirnya Muluk yang dibawa oleh POL-PP.
Analisis Film
Film ini menunjukkan salah satu potret Indonesia yang cukup ironis. Di satu sisi orang menggap pencopet adalah perbuatan kejahatan yang susah untuk dimaafkan. Namun di sisi lain, mereka mencopet hanya sekedar untuk mencari makan. Dan disaat mereka sedang berusaha untuk mengubah nasib mereka menjadi pengasong, mereka pun dilarang untuk berjualan di pinggir jalan. Padahal mereka hanya ingin mencari nafkah yang halal.
Sungguh ironis negeri ini, dan kalau dipikirkan lagi alangkah lucunya negeri ini. Disaat banyak orang kelaparan hingga menghalalkan segala cara untuk mencari makan, para pejabat dengan suka cita berfoyah-foyah dan bahkan banyak diantara mereka Korupsi uang rakyatnya sendiri, yang diibaratkan dalam film ini, pencopet yang berpendidikan.
Selain masalah keuangan dan mencopet, ada masalah lain yang disinggung di film ini. Yaitu masalah Pendidikan. Di film ini diperdebatkan penting atau tidakkah pendidikan itu bagi kehidupan. Karena ada yang beranggapan bahwa masih banyak yang tetap mendapat pekerjaan meski tidak sekolah atau tidak lulus sekolah.
Menurut saya, penting atau tidaknya pendidikan itu tergantung dari individunya sendiri bias atau tidaknya memanfaatkan ilmu yang telah didapat saat menempuh pendidikan di bangku sekolah dan kuliah. Jika kita bias memanfaatkannya, kita bias mendapat manfaat dari pendidikan itu, tapi jika kita tidak bias memanfaatkannya, maka pendidikan itu tidak penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar