Bau kemenyan menyengat hidung keluar dari pangkal pohon jati di petak 1.092 A Resor Pemangkuan Hutan Temengeng, Bagian Kesatuan Pemangku Hutan Pasar Sore, KPH Cepu, di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Kamis (23/8) tahun lalu. Kain putih dengan hiasan janur, ketupat, manggar atau bunga pohon kepala, bunga melati, dan bunga mawar membelebat pohon jati itu. Dua orang berpakaian adat Jawa berjaga di samping pohon tersebut.
Perlakuan istimewa terhadap jati tersebut bukanlah tanpa alasan. Pohon jati dengan diameter lebih kurang tiga meter ini dihargai Rp 1 miliar, harga yang fantastis untuk ukuran satu pohon kayu jati. Pohon jati yang kemudian dinamai Jati Wibowo, sesuai nama si pembeli tersebut memang menjadi pohon istimewa setelah dibeli pengusaha mebel dari Ngawi dan Blitar, Jawa Timur, Bobby Wibowo dan Saekoni.
Karena jati tersebut istimewa, perlakuan terhadap Jati Wibowo juga istimewa. Sebelum pohon itu ditebang, diadakan ritual dan doa selamatan di lokasi pohon itu menurut adat setempat.
Upacara ritual diawali dengan pemecahan kendi di dekat pohon tersebut. Dilanjutkan penebangan pohon secara simbolis dan pembukaan payung sebagai simbol pembuka jalan. Payung juga simbol bahwa pohon jati yang akan ditebang adalah jati payung karena berada di kawasan Monumen Hutan Jati Gubug Payung.
Prosesi selanjutnya adalah penyerahan sapi dari Arini kepada warga setempat, yang akan dijadikan tumbal. Kepala serta jeroan sapi ditanam di dekat Jati Wibowo. Prosesi terakhir adalah tayuban dari kelompok kesenian tayub Blora.
Penyembelihan sapi dan nanggap tayub juga bukan tanpa alasan. Kepala Resot Pemangkuan Hutan Temengeng Sutrimo, mengatakan mendapat wangsit bahwa sebelum menebang pohon itu, ia harus menyembelih sapi atau hewan lain berkaki empat serta nanggap tayub. "Ini memang perlakuan khusus karena "dia" yang terbesar dan termahal di Indonesia, bahkan mungkin di dunia," ujarnya.
Setelah seluruh prosesi selesai dilakukan, pekerja mulai memanjat pohon untuk memotong dahan. Diperlukan waktu lebih dari satu pekan untuk menyelesaikan penebangan pohon itu hingga pengangkutannya.
Perlakuan istimewa terhadap jati tersebut bukanlah tanpa alasan. Pohon jati dengan diameter lebih kurang tiga meter ini dihargai Rp 1 miliar, harga yang fantastis untuk ukuran satu pohon kayu jati. Pohon jati yang kemudian dinamai Jati Wibowo, sesuai nama si pembeli tersebut memang menjadi pohon istimewa setelah dibeli pengusaha mebel dari Ngawi dan Blitar, Jawa Timur, Bobby Wibowo dan Saekoni.
Karena jati tersebut istimewa, perlakuan terhadap Jati Wibowo juga istimewa. Sebelum pohon itu ditebang, diadakan ritual dan doa selamatan di lokasi pohon itu menurut adat setempat.
Upacara ritual diawali dengan pemecahan kendi di dekat pohon tersebut. Dilanjutkan penebangan pohon secara simbolis dan pembukaan payung sebagai simbol pembuka jalan. Payung juga simbol bahwa pohon jati yang akan ditebang adalah jati payung karena berada di kawasan Monumen Hutan Jati Gubug Payung.
Prosesi selanjutnya adalah penyerahan sapi dari Arini kepada warga setempat, yang akan dijadikan tumbal. Kepala serta jeroan sapi ditanam di dekat Jati Wibowo. Prosesi terakhir adalah tayuban dari kelompok kesenian tayub Blora.
Penyembelihan sapi dan nanggap tayub juga bukan tanpa alasan. Kepala Resot Pemangkuan Hutan Temengeng Sutrimo, mengatakan mendapat wangsit bahwa sebelum menebang pohon itu, ia harus menyembelih sapi atau hewan lain berkaki empat serta nanggap tayub. "Ini memang perlakuan khusus karena "dia" yang terbesar dan termahal di Indonesia, bahkan mungkin di dunia," ujarnya.
Setelah seluruh prosesi selesai dilakukan, pekerja mulai memanjat pohon untuk memotong dahan. Diperlukan waktu lebih dari satu pekan untuk menyelesaikan penebangan pohon itu hingga pengangkutannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar