Senin, 26 Mei 2008

PENEMU BLUE ENERGY DITEMUKAN

Teka-teki hilangnya penemu “Blue Energy”, Djoko Suprapto, asal Nganjuk, Jawa Timur, mulai terkuak. Dalam surat yang dikirim melalui orang dekatnya, Djoko Suprapto menyatakan dirinya berada di rumahnya di Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Nganjuk. Lewat sepucuk surat itu pula, Djoko sekaligus menepis isu bahwa dirinya diculik.

Warga Nganjuk ini dikabarkan menghilang terkait penemuannya yang tergolong visioner. Dengan memanfaatkan unsur air laut, blue energy bisa menggantikan premium dan solar yang harganya akan segera dinaikkan pemerintah. Adapun dalam suratnya, Djoko mengirim kabar bahwa dirinya telah dirawat sehingga belum dapat ditemui.

Sejak diisukan hilang, rumah Djoko mendapat penjagaan ketat dari para pengawalnya. Wartawan pun tak boleh mendekati area rumah yang menjadi sebuah stasiun radio milik Djoko. Namun, Kepala Polri Jenderal Polisi Sutanto mengimbau masyarakat tak mudah teperdaya isu tersebut.

Penemuan Djoko telah diapresiasi pemerintah. Pada November silam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengundang Djoko ke kediamannya di Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, untuk menjelaskan blue energy tersebut. Presiden bahkan menjuluki temuan Djoko sebagai “Minyak Indonesia Bersatu”. Blue energy kemudian diujikan pada kendaraan yang berkonvoi dari Jakarta ke Bali, guna berpartisipasi dalam pameran di ajang Konferensi Perubahan Iklim. sumber: liputan6.com

Tentang blue energy

Berbahan Dasar Air, Dipamerkan dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNO)

NGANJUK, INDONESIA - Tak banyak yang tahu, penemu bahan bakar blue energy yang sedang dikampanyekan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata berasal dari Nganjuk. Dia adalah Joko Suprapto, warga Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso.

Kemarin, tim uji coba kendaraan berbahan bakar tersebut mengunjunginya. Mereka dipimpin staf khusus Presiden SBY, Heru Lelono. Rombongan itu dalam perjalanan dari Cikeas, Bogor menuju Nusa Dua, Bali, tempat digelarnya United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007.

“Luar biasa. Ini mobil Mazda Six punya Patwal Mabes (Polri) yang bisa berkecepatan 240 kilometer per jam ini kami coba lari 180 kilometer per jam tanpa ada persoalan. Jadi, moga-moga apa yang kita uji coba ini benar-benar bermanfaat. Insya Allah,” ujar Heru begitu turun dari Ford Ranger B 9648 TJ.

Untuk diketahui, pertemuan kemarin berlangsung di salah satu hotel di Nganjuk. Rombongan Heru tiba sekitar pukul 09.00. Mereka mengendarai lima unit kendaraan untuk menguji bahan bakar berbahan dasar air tersebut. Yakni, dua pikap double cabin Ford Ranger, satu sedan Mazda 6, satu bus, dan satu truk pengangkut blue energy.

Sebelumnya, rombongan dilepas oleh Presiden SBY, Minggu lalu, dari kediaman pribadinya di Cikeas, Bogor. Rencananya, blue energy itu juga akan dipamerkan kepada dunia dalam UNCFCCC atau Konferensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim di Nusa Dua, Bali.

“Kita ingin membuktikan kepada dunia internasional bahwa kita bukan bangsa kere yang terombang-ambing harga minyak dunia. Bangsa Indonesia bisa menemukan (bahan bakar, Red) sendiri,” tandas Heru bangga.

Kepada puluhan wartawan yang sejak pagi menunggu kedatangan rombongan, Heru mengungkapkan bahwa bahan bakar hasil penelitian belasan tahun Joko itu sangat irit. “Sekitar satu lima belas (1 liter dibanding 15 kilometer, Red). Tadi kami mencatat, untuk menempuh 374,5 kilometer, hanya butuh 25 liter,” tutur staf khusus Presiden bidang otonomi daerah itu.

Selain hemat dan mampu meningkatkan performa kendaraan, lanjut Heru, keunggulan bahan bakar tersebut adalah rendahnya emisi karbon yang dihasilkan. Ini sesuai dengan pesan UNFCCC yang digelar 3-14 Desember mendatang.

“Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (pasukan pengamanan presiden) sempat kerepotan takut Presiden karacunan, tapi tidak. Coba saja,” tantangnya.

Penasaran, Wakil Bupati Nganjuk Djaelani Ishaq yang kemarin ikut menyambut kedatangan rombongan langsung mencoba mencium asap dari moncong knalpot bus. “Sama sekali tidak ada baunya,” kata Djaelani setelah berkali-kali setelah mengisap asap tersebut.

Ditemani Joko, Heru kemarin juga mengungkapkan bahwa untuk memakai blue energy, mesin tidak perlu dimodifikasi. “Sama sekali tidak perlu ada modifikasi apa-apa. Ini kami bawa mobil berlainan tahun, semua bisa pakai,” tandasnya.

Bahkan, lanjut Heru, ada yang sebelumnya menggunakan solar dan di tengah jalan langsung diganti 100 persen dengan blue energy. “Mobilnya malah semakin tidak ada getaran,” lanjutnya bangga.

Sementara itu, Joko Suprapto yang selama ini terkesan misterius soal kedekatannya dengan SBY, kemarin mulai blak-blakan. Terutama soal aktivitasnya sebagai peneliti dan penemu blue energy. Dia bahkan sempat sedikit membeber teknologi yang mulai ditelitinya sejak 2001.

sumber:
http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TT2EJH6OMA6CSLONS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar