Misteri Gunung Salak dalam Kaitan Tragedi Shukoi
Karena Berita - Unsur mistis-klenik sangat kental di Gunung Salak. Banyak dongeng atau legenda yang masih diingat warga sekitar gunung yang terletak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat itu. Salah satunya menyangkut makam keramat Raden KH Syekh Mohomammad Hasan yang terletak di Puncak Salak I, sering disebut Puncak Manik.
Syekh Mohomammad Hasan diyakini sebagai salah satu ulama besar yang menyebarkan Islam di Jawa Barat, seputar Bogor, Garut hingga Cirebon. Makam Syekh Hasan dianggap keramat, setara dengan makam Mbah Priok di Tanjung Priok Jakarta Utara, dan Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Alathas atau makam Karomah Empang Bogor, tak jauh dari Kebun Raya Bogor.
Dua orang pemuka agama Islam di Cijeruk, Kabupaten Bogor, KH Marsa Abdullah, dan Habib Mukhsin Barakbah menyampaikan hal itu kepada Tribun Jakarta, Sabtu (12/5/2012).
Mereka ditemui di kediaman Marsa di kampung Pasir Pogor, Cipelang, berjarak kurang lebih 500 meter di selarang lapangan helikopter darurat milik SMP Negeri 1 Cijeruk, yang menjadi posko utama evakuasi korban pesawat Sukhoi Superjet100 yang jatuh, Rabu lalu.
KH Marsa mengemukakan, sesuai pandangan kebatinan dia, peristiwa jatuhnya pesawat buatan Rusia berpenumpang 47 orang itu ada kaitannya dengan legenda Sunda, suku asli Bogor dan Jawa Barat pada umumnya.
Ia coba mengingat-ingat kecelakaan jatuhnya Sukhoi di kaki Gunung Salak, dan fakta kecelakaan-kecelakaan sebelumnya, Marsa lalu mengaitkan musibah ini dengan makhluk gaib penunggu Gunung Salak.
"Jangan anggap remeh, walaupun ini dongeng, anda percaya atau tidak terserah. Seperti kalau mau masuk rumah orang, kan ada isyaratnya. Harus ada sopan-santun, ada salam, bagi orang Islam misalnya, mengucapkan assalamualikum," ujar KH Marsa.
"Jangan anggap remeh, walaupun ini dongeng, anda percaya atau tidak terserah. Seperti kalau mau masuk rumah orang, kan ada isyaratnya. Harus ada sopan-santun, ada salam, bagi orang Islam misalnya, mengucapkan assalamualikum," ujar KH Marsa.
Sopan-santun perlu dipegang, orang yang memasuki kawasan Gunung Salak, termasuk bagi pendaki. "Jadi kalau mau daki gunung Salak, jagalah kesopanan, permisi kepada orang dituakan di mana dia akan memulai pendakian," ujarnya Marsa.
Gunung Salak bukan seperti Gunung Merapi di Yogyakarta. Di Yogya, masih ada raja, jadi ada juru kunci yang ditugaskan untuk mengawasi orang-orang yang hendak memasuki kawasan gunung. Sedangkan di Gunung Salak, karena kerajaannya Siliwangi tenggelam, kuncen tidak ada.
"Maka datangilah pengetua setempat. Sejak dulu ada isyarat ini. Ini bukan menyembah Gunung Salak, kita tidak boleh musryik, tidak ada Tuhan yang lain yang disembah. Kalau kemusryikan, menyembah selain Allah," ujarnya
Lalu apa kaitannya dengan pesawat Rusia naas yang mengangkut 39 orang Indonesia itu? Menurut Marsa, sebelum pesawat itu bermanufer di atas Gunung Salak, sebaiknya terlebih dahulu 'meminta izin'. Bukan saja kepada makhluk gaib itu, melainkan lewat doa atau syukuran kepada Allah, agar lancar-selamat misi uji-coba terbang, termasuk di atas Gunung Salak.
Hal kedua katanya, penunggu Gunung Salak tidak menginginkan adanya kesombongan. Dia menduga, pihak Sukhoi hendak mempertontonkan kecanggihan dan kehebatan pesawat itu dengan kebolehan dan manufer di angkasa.
"Jadi mungkin ada kesombongan, seperti mau pamer pesawat. Kebetulan dia melintas, dan jatuh. Jadi Gunung Salak tidak bisa dijadikan kesombongan," katanya.
Dalam hal ini, Sukhoi, walaupun pilotnya senior, dan Sukhoi perusahaan pesawat terbang yang ditakuti Amerika Serikat, karena menggunakan mesin jet.
"Itu kesombongan yang saya maksud. Sekali lagi, di Gunung salak, ada penunggunya, jadi harus ada syarat. Jangankan pesawat, dulu, burung pun jatuh kalau terbang ke Gunung Salak, tepat di atas makam keramat Syekh Hasan," ujar Marsa.
Makam Syekh Hasan terletak di Puncak Manik berjarak kurang lebih 8 kilometer dari Cidahu, Sukabumi. Rute ini bisa ditempuh tiga jam jalan kaki. Jalan terjal, tidak dapat dilalui menggunaan kendaraan bermotor.
Syekh Hasan, keturunan Sultan Hasanuddin Banten. Syekh memiliki banyak keturunan ulama, misalnya, di Cijambu, Kecamatan Cigombong ada mendiang KH Jajang Zubaidi.
"Dia ini terkenal dan muridnya banyak sekali se-Jawa Barat, sampai ke Cirebon," kata Habib Mukhsin Barakbah yang tinggal di kaki Gunung Salak, Kampung Palasari, Cijeruk.
Dia bahkan mengusulkan, hikmah dari peristiwa jatuhnya Sukhoi, perlu semacam ada pengukuhan makam Syekh Hasan menjadi tempat ziarah.
Gunung Salak memang seakan menjadi kuburan buat pesawat terbang. Dalam sepuluh tahun terakhir, 2002-2012 tercatat tujuh kali musibah 'besi terbang', pesawat terbang jatuh dan bangkainya menjadi puing-puing tak bernilai.
Selain Sukhoi yang jatuh saat promosi di udara kepada para calon pembeli asal Indonesia, Rabu pekan lalu, tiga tahun silam, tiga orang tewas saat calon pilot menerbangkan pesawat latih Donner milik Pusat Pelatihan Penerbangan Curug jatuh di Kampung Cibunar, Desa Tenjo, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, 30 April 2009.
Juni 2008, pesawat Casa 212 milik TNI AU jatuh pada Gunung Salak di ketinggian 4.200 kaki dari permukaan laut yang menewaskan 18 orang. Sebelumnya, 20 Juni 2004, lima orang tewas dalam musibah pesawat Cessna 185 Skywagon, jatuh di Danau Lido, Cijeruk, Bogor.
Data sebelumnya, tiga orang tewas ketika pesawat Paralayang Red Baron GT 500 milik Lido Aero Sport, jatuh di Desa Wates Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor pada 15 April 2004. 7 penumpang tewas dalam musibah helikopter Sikorsky S-58T Twinpac TNI AU jatuh di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, 29 Oktober 2003. Dan 10 Oktober 2002, seorang tewas dalam akibat pesawat Trike bermesin PKS 098 jatuh di Lido, Bogor.
Bukan hanya kecelakaan udara. April 1987, tujuh siswa STM Pembangunan, Jakarta Timur ditemukan tewas setelah terperosok ke jurang di Curug Orok yang memiliki kedalaman 400 meter di punggung gunung.
Gunung setinggi 2221 meter di atas permukaan laut tersebut pernah meletus pada tahun 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935. Letusan terakhir tahun 1938, berupa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.
Gunung setinggi 2221 meter di atas permukaan laut tersebut pernah meletus pada tahun 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935. Letusan terakhir tahun 1938, berupa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.
Gunung Salak memiliki beberapa puncak. Puncak tertinggi disebut Salak I setinggi 2211 meter, disusul puncak Salak II setinggi 2180 meter, dan puncak Sumbul setinggi 1926 meter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar