Selasa, 08 November 2011

FENOMENA TERJADINYA SIANG DAN MALAM


 Sebuah peristiwa yang rutin terjadi setiap hari adalah saling bergantinya antara keadaan siang dan malam hari. Mayoritas manusia, termasuk diri kita menganggap hal itu adalah kejadian biasa. Tidak perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal itu berlangsung terus menerus dan setiap hari kita pasti menjumpainya. Seperti sarapan, makan siang, makan malam, berangkat tidur, bangun dari tidur, siang dan malam adalah suatu kebiasaan. Sebuah kebiasaan yang selalu berlalu tanpa adanya kesan dan pesan yang mendalam.

Siang pasti datang, demikian juga malam. Kita menyambut siang dengan persiapan kegiatan. Sebuah kegiatan yang monoton seperti berangkat kerja, sekolah, ke pasar atau main-main untuk anak usia dini. Dari ke hari kita menghadapi hal yang hampir sama. Dan sering pula kita mengawali semua kegiatan tersebut dengan “sarapan” atau makan pagi. Sebuah kegiatan yang terkesan itu itu saja. Atau sebuah rutinitas yang sebenarnya “membosankan” tapi kita sangat menikmatinya. Entah dengan suka rela atau terpaksa.
Hal seperti itu berlangsung terus selama kita masih bernafas. Paling tidak untuk lima atau enam hari dari hari Senin sampai hari Jum`at atau sabtu. Sedangkan hari minggu kita bisa merencanakan sesuatu yang lain. Mungkin refreshing. Dengan mengunjungi sanak keluarga yang berada jauh dari tempat tinggal kita atau mengunjungi tempat-tempat rekreasi. Atau memutuskan untuk tetap tinggal di rumah dengan menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan situasi dan kondisi dalam rumah.
Jika malam mulai menampakkan gelapnya, kita menyambutnya dengan kilauan cahaya lampu. Menyelesaikan sedikit urusan di luar rumah atau memanjakan diri dengan hiburan. Ada beberapa pilihan dalam menghibur diri di malam hari. Keluar rumah dengan mengeluarkan biaya yang besar kecilnya relatif. Tergantung pilihan hiburan dalam bentuk dan kemasannya. Atau justru diam dirumah dengan memelototi “setan kotak” alias televisi. Sampai beberapa saat kemudian menyusul gelapnya malam dengan mata yang terpejam. Tidur. Demikian setiap harinya, siang dan malam kita lalui dengan variasi-variasi kegiatan yang beraneka ragam tergantung pada kepentingan masing-masing orang.
Apa sebenarnya siang dan malam itu ?
Siang adalah situasi di bagian permukaan bumi yang mendapatkan cahaya dari matahari akibat dari rotasi atau perputaran bumi pada porosnya. Situasi dimana manusia memanfaatkan terangnya alam untuk mencari karunia Allah berupa rizqi yang bersifat materi. Suatu keadaan dimana manusia menyibukkan diri dengan kepentingan masing-masing. Muara dari masing-masing kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar manusia juga berbeda-beda.
Ada yang bermuara di “ilmu”, seperti mereka yang memanfaatkan waktu untuk belajar di sekolah. Ada pula yang bermuara di “materi” seperti mereka yang bekerja atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Juga sekalian untuk menunjang kehidupan esok harinya atau masa yang akan datang. Dengan menyisihkan sebagian rizqi atau hasil berupa materi yang di dapat setelah sebagian yang lain digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada hari yang sama.
Sedangkan malam adalah situasi dimana sebagian permukaan bumi berada dibalik matahari sehingga tidak mendapatkan cahaya. Situasi dimana manusia memanfaatkannya untuk beristirahat setelah seharian bergelut dengan urusannya masing-masing. Ada yang bermuara pada “istirahat” total. Yaitu mereka yang memanfaatkan malam untuk “tidur”. Ada yang bermuara pada “hiburan”, untuk menikmati malam setelah seharian dalam kelelahan. Ada yang bermuara pada “pengabdian”. Yaitu mereka yang memanfaatkan malam dengan banyak menyebut nama Allah melalui media shalat malam atau tahajud.
Bagaimana proses peristiwa itu terjadi ?
Matahari adalah sebuah bola gas yang berpijar. Bentuknya tidak padat tapi berbentuk plasma. Yang terus bersinar dengan menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui sebuah proses yang disebut dengan “fusi” nuklir. Setiap saat matahari “ bersedekah” untuk alam dengan massa sebesar 4 juta ton. Dengan sedekah sebesar itu setiap saat, matahari telah memberikan cahaya yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di permukaan bumi.
Sedangkan bumi adalah sebuah planet yang mempunyai massa sebesar 59.760 milyar ton. Dan diameter 12.756 km. Jaraknya dengan matahari adalah 149.680.000 km atau dibulatkan 150 juta km. Bentuk dari bumi ini adalah bulat pipih di atas dan bawahnya yang disebut kutub utara dan kutub selatan. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan sekitar 1.669 km/jam. Sambil berputar bumi “berjalan” mengitari matahari pada garis edarnya (orbit) atau manzilah dengan kecepatan 107.000 km/jam. Dalam perjalanan “hidup”nya bumi ditemani oleh sebuah satelit, yaitu bulan yang senantiasa setia mengikuti dan mengitarinya.
Kita adalah sebuah parasit bumi. Kita adalah sekelompok penumpang “pesawat” bulat yang melesat dengan kecepatan luar biasa, 107.000 km/jam. Karena besarnya “pesawat” atau “kapal” yang kita tumpangi, hingga kecepatan yang jauh melebihi larinya motor di moto GP dan mobil formula 1 tak bisa kita rasakan layaknya seperti melesatnya sebuah motor dengan kecepatan tinggi. Begitu tenangnya “pesawat” bumi ini sehingga kita bisa leluasa untuk bergerak kemanapun kita mau tanpa harus takut terlempar.
Berputarnya bumi pada porosnya itulah yang menyebabkan terjadinya gelap dan terang di sebagian permukaan bumi. Kita menyebutnya dengan kata “siang dan malam”. Sebuah peristiwa yang menyebabkan kita bisa memisahkan kapan kita harus beraktifitas dan kapan kita harus beristirahat. Untuk merasakan hangatnya sinar matahari dan indahnya bulan dan bintang. Untuk bisa merasakan hiruk pikuknya kehidupan dan kesunyian di kegelapan malam.
Dan berjalannya bumi dan bulan pada “jalur”nya menyebabkan kita mengetahui hitungan bulan dan tahun. Waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk mengitari matahari adalah 1 tahun atau 365 hari. Semua peristiwa tersebut mempunyai kegunaan dalam kehidupan di bumi dan demi menyempurnakan umur manusia dari lahir hingga ajalnya. Dan sebuah kepastian akan adanya sebuah dzat yang mempunyai kemampuan mengatur kesemuanya itu demi bergulirnya sebuah kata, yaitu “kehidupan”.
QS. Yunus : 5.
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ﴿٥﴾

“Huwal ladzii ja`alasy syamsa dhiyaa`an wal qamara nuuran waqaddarahu manaazila lita`lamuu `adadas siniina wal hisaaba, maa khalaqallahu dzaalika illa bil haqqi, yufashshilul aayaati liqaumin ya`lamuuna”
”Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.
Mengapa harus ada siang dan malam ?
Siang dan malam adalah sebutan untuk dua bagian dari permukaan bumi. Dimana pada saat-saat tertentu tersinari cahaya matahari dan pada saat yang lain tidak mendapatkan sinar kecuali hanya cahaya yang dipantulkan bulan. Sedang dua keadaan itu pasti terjadi akibat dari berputarnya bumi dalam perjalanannya mengitari matahari. Karena dua keadaan yang saling bergantian inilah kita sekarang masih bisa menikmati hidup kita. Kita bisa menikmati indahnya alam di siang hari dan indahnya bintang-bintang di malam hari.


QS. Al Qashash : 71
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ ۖ أَفَلَا تَسْمَعُونَ﴿٧١﴾

“Qul araaitum in ja`alallahu `alaikumul laila sarmadan ilaa yaumil qiayamati man `illahu ghairulllahi ya`tikum bi dhiyaa`in. Afalaa tasma`uuna”
”Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?”
Jika malam berlangsung terus menerus, yang terjadi adalah membekunya air yang ada di seluruh bagian bumi yang gelap. Jika berlangsung lebih lama lagi bahkan semua akan membeku termasuk cairan yang ada dalam tubuh kita. Sehingga diperkirakan dalam hitungan hari semua makhluk di bumi akan mati. Tidak ada kehidupan. Bahkan untuk diri bumi sendiri. Karena hidupnya bumi ditandai dengan bergeraknya bumi pada porosnya dan berjalannya bumi pada orbit yang telah di tentukan oleh Allah swt.
Peristiwa seperti ini harusnya bisa menjadi pelajaran bagi kita kalau kita masih menginginkan sebuah kehidupan. Terutama untuk kehidupan diri kita sendiri. Karena semua gerakan dan lalu lintas dari semua planet tersebut sudah di atur oleh Allah. Bumi sudah diperintahkan oleh Allah untuk berjalan dengan sudut kemiringan tertentu agar masing-masing bagian dari bumi mendapatkan sinar dengan adil. Sesuai dengan kebutuhannya.
QS. Al Qashash : 72
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ﴿٧٢﴾

” Qul araaitum in ja`alallahu `alaikumun nahara sarmadan ilaa yaumil qiayamati man `illahu ghairulllahi ya`tiikum bilailil taskunuuna fiihi. Afalaa tubshiruuna”.
”Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Allah memberikan pertanyaan itu pada kita, sebuah pertanyaan yang seharusnya membuat kita sadar bahwa peristiwa siang dan malam adalah sebuah kesengajaan dari Allah untuk membuat segala apa yang ada di bumi bisa hidup. Panas yang terus menerus bisa menguapkan seluruh air yang ada di permukaan bumi. Tidak terkecuali cairan yang ada di tubuh kita.
Dalam sebuah buku yang pernah saya baca meginformasikan, hanya dalam beberapa jam saja panas di permukaan bumi bisa meningkat tajam. Jika panas puncak terjadi terus menerus selama lebih dari 100 jam, bisa di pastikan seluruh air yang ada di permukaan bumi, termasuk dalam tubuh kita akan menguap. Dan hanya membutuhkan waktu sekitar 200 jam, seluruh kehidupan di permukaan bumi akan musnah. Tapi Allah menjaga kondisi panas di permukaan bumi tetap dalam batas-batas panas tertentu untuk menjaga kelangsungan hidup bumi dan semua yang ada di atasnya.
Allah sengaja menjadikan siang untuk manusia, agar di siang hari itu mereka mencari sebagian karuniaNya. Dan pada malam harinya mereka memanfaakan waktu untuk beristirahat. Dan Allah menciptakan semua itu tak lain hanyalah agar manusia bersyukur. Dengan mentaati semua perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarangNya. Selalu berusaha untuk menjadikan dirinya seorang yang hanya menghamba kepada Allah. Dan selalu berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai seorang yang bertaqwa.
QS. Al Qashash : 73

وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ﴿٧٣﴾

“Wa min rahmatihi ja`ala lakumul laila wan nahaara litaskunuu fiihi wa litabtaghuu min fadhlihi wa la`allakum tasykuruuna.
”Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”
Siang dan malam adalah sebuah tanda. Yaitu tanda-tanda bahwa Allah kuasa untuk memerintahkan kepada semua makhluk untuk tunduk kepadaNya. Termasuk bumi, bulan dan matahari. Cukup banyak ayat-ayat mengenai kuasanya Allah untuk menundukkan siang dan malam agar selalu bergantian dalam kemunculannya. Dn menerangkan bahwa peristiwa siang dan malam adalah tanda-tanda Allah bagi mereka yang mau berpikir.
Kita bisa meneliti di beberapa ayat diantaranya QS. Al Israa` 12 ; QS. Ar Ruum 23 ; QS. An Naml 86 ; QS. Al Furqan 47 & 62 ; QS. An Nuur 44 ; QS. Yunus 6 & 67 ; QS. Ali Imraan 190 ; QS. Al Mu`min 61 ; QS. Al Baqarah 164. dan ayat-ayat lain yang masih berkaitan dengan siang dan malam.
Demikianlah, siang dan malam adalah sebuah tanda bagi manusia yang mau berfikir, yang mau melihat, yang mau mendengarkan, yang mau bersyukur kepada Allah. Tetapi kenyataannya banyak manusia yang tidak mau bersyukur. Tidak mau melihat, tidak mau berfikir tidak mau mendengar tentang tanda-tanda kuasanya Allah ini. Kita hanya mau berfikir tentang kebutuhan materi untuk hidup kita. Kita tidak perduli dengan Iman dan kehidupan setelah kematian kita.
Kita cenderung “cuek” atau tidak perduli dengan semua kejadian alam ini. Kita hanya cenderung untuk menikmati dan tidak mau mengambil pelajaran yang ada pada diri siang dan malam yang hampir tiap hari kita jumpai. Kita membiarkan berlalu begitu saja pelajaran hidup berupa tanda-tanda yang diberikan oleh Allah dengan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di sekitar kita. Dan kita menyia-nyiakan waktu yang diberikan oleh Allah kepada kita yang sebenarnya dipakai untuk memahami tanda-tanda kebenaran tentang kehidupan akhirat dengan segala apa yang akan terjadi di dalamnya.
Hanya kekaguman yang kita ungkapkan, bukannya sebuah kesadaran akan arti pentingnya Iman yang sebenarnya. Sebuah kekaguman yang hanya berguna untuk melepaskan dahaga kita tentang keindahan alam. Untuk memanjakan hati dengan rasa senang dengan indahnya sebuah penciptaan. Bukan sebuah kesadaran tentang kuasanya Sang Pencipta. Bukan pula sebuah kesadaran akan pasti datangnya hari kiamat dan hari kebangkitan kita untuk menuju sebuah pengadilan dunia akhirat.
Mudah-mudahan Allah segera memberikan cahayanya kepada kita semua agar masing-masing diri kita memperoleh sebuah pencerahan batin untuk mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Dan mudah-mudahan pula Allah selalu memberikan bimbingan dan petunjuknya dalam memahami ayat-ayat atau tanda-tandaNya. Baik yang ada dalam Al Qur`an maupun yang terserak di diseluruh alam semesta.

Diambil dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar