Kamis, 20 Oktober 2011

Bertahan Meski Sakit Untuk Meraih Kemenangan

Mengubah suatu sistem, kultur, atau kebiasaan dalam sebuah organisasi, perusahaan, instansi, atau bahkan negara amat sulit jika dilakukan oleh orang biasa, seperti bawahan, karyawan atau pegawai biasa yang tidak punya jabatan. Namun, akan lain ceritanya kalau itu dilakukan oleh orang yang memimpin organisasi tersebut.

Saya punya cerita tentang seseorang yang rela bertahan dalam sistem yang tidak disukainya, tapi dengan motivasinya yang kuat untuk bisa mengubah sistem tersebut, dia pun akhirnya keluar sebagai pemenang. Meskipun dalam organisasi yang tidak begitu besar, hal ini bagi saya sesuatu yang luar biasa.

Ketika masa mahasiswa, saya mengikuti organisasi Resimen Mahasiswa. Seperti namanya, resimen mahasiswa memang sebuah organisasi semi militer, dididik dengan cara disiplin militer. Junior harus hormat kepada Senior, tidak boleh membantah, terlebih lagi terhadap komandan. Namun, hal ini sering disalahgunakan oleh senior-senior untuk mengerjai atau memanfaatkan juniornya.

Alhamdulillah pada masa saya masuk menjadi anggota resimen mahasiswa, hal-hal tidak mengenakkan seperti itu (dalam arti dikerjai senior) boleh dibilang tidak ada lagi. Meski disiplin dan berdasarkan garis komando, para senior tetap menghargai juniornya. Keadaan seperti ini merupakan jasa salah seorang komandan kami yang bernama Pak Aji.

Awal Pak Aji masuk sebagai anggota menwa, jika ia atau teman-temannya yang lain berkunjung ke posko Menwa, maka oleh seniornya mereka disuruh-suruh, seperti disuruh cuci piring dan lain-lain, boleh dibilang senior pada saat itu sewenang-wenang pada Junior. Dalam hati kecil Pak Aji, dia tidak menyukai hal itu. Dan dalam pikirannya pula ini tidak sesuai dengan predikatnya sebagai mahasiswa. Menurut Pak Aji meskipun dilatih militer, namun cara berpikir berpikir dan berperilaku juga mesti sesuai dengan intelektualitas mahasiswa. Dalam hatinya dia bertekad, akan mengubah budaya yang semena-mena itu. Meskipun tak suka dengan cara seniornya memperlakukan hal tersebut, Pak Aji tetap bertahan dalam Menwa dan bertekad akan menjadi komandan Menwa di kampus kelak.

Dan ternyata, seiring waktu, impian Pak Aji terwujud, dia menjadi komandan Resimen Mahasiswa di kampus kami. Dia ubah cara-cara bertindak yang mengutamakan otot dan semena-mena menjadi cara yang lebih bijaksana, lebih manusiawi, dan lebih sesuai dengan cara berpikir mahasiswa yang mengutamakan intelektualitas dalam bertindak.

Itulah salah satu kisah yang berkesan dalam hidup saya, tentang seseorang yang bertahan meski disakiti, tetapi kemudian menjadi pemenang. Semoga bermanfaat… (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar