Batu alam sebagai salah satu elemen pelengkap taman memang dapat menambah nilai estetika. Bukan hanya taman, di dalam bangunan pun Anda boleh mengaplikasikan susunan batu alam nan cantik.
Batu alam merupakan salah satu elemen yang mampu membuat hunian Anda tampak lebih alami. Pilihan bentuk dan coraknya beragam, bergantung kesan apa yang ingin Anda tonjolkan. Adapun pilihan batu alam itu antara lain marmer, granit, batu candi, batu gamping, batu andesit, dan paras jogja.
Walau sejumlah orang menganggap batu alam hanya sebagai pelengkap, tapi siapa sangka batu bila alam diaplikasikan ke dalam hunian, tidak hanya kesan alami yang didapatkan. Lebih dari itu, susunan batu alam yang ditata sedemikian rupa bisa menjadi salah satu media yang berfungsi sebagai focalpoint di dalam rumah.
Menurut arsitek Briyan Talaosa, kesan yang timbul saat batu alam diaplikasikan pada hunian atau bangunan adalah homey dan nyaman. Sebab, karakter batu alam cenderung kuat dan kasar. Batu alam pun bisa digunakan sebagai salah satu media untuk menjadikan spot tertentu sebagai focal point.
Kendati demikian, tidak lantas saat mengaplikasikannya ke dalam hunian, kesan tersebut bisa langsung didapat. Semua bergantung pada cara Anda menerapkannya.
Prinsipnya, Briyan menyebutkan, penyusunan dan pemakaian batu alam pada bangunan selain sebagai aksen yang sifatnya mempercantik, juga sebagai alternatif penguat karakter bangunan. Untuk itu, prinsip dasar yang biasanya harus diperhatikan dalam mengaplikasi batu alam adalah pola penyusunannya.
Cara penyusunannya ada dua. Setelah ditentukan bidang yang akan ”ditempel” batu alam dan menentukan penyusunannya, Anda masih harus memperhatikan cara menempelkan batu alam, baik untuk dinding maupun di lantai. ”Jika Anda pilih batu tertentu, ada yang cara pemasangannya disusun layaknya menyusun pasangan bata yang lazim disebut susun sirih, ada juga yang ditempel seperti memasang keramik dinding,”
Mengenai pola pemasangannya, lanjut Briyan, bisa sangat beragam, bergantung bentuk atau ukuran batu alam itu sendiri. Jika bentuknya persegi panjang, tentu akan berbeda pola dengan yang berbentuk kubus. Apalagi yang bentuknya tidak beraturan, seperti pada batu gamping pipih, tapi cenderung lebar.
Untuk aplikasi indoor maupun outdoor, batu alam tidak terlalu spesifik pembedaannya. Yang jelas, Briyan mengatakan, semua batu alam dapat dipakai untuk indoor maupun outdoor. Hanya, yang membedakan, bila batu alam diaplikasikan di luar, biasanya ada perlakuan khusus pada coating-an. Dalam arti, untuk finishing dipilih yang sifatnya selain dapat menahan kondisi cuaca yang tidak ramah, juga coating bersifat antijamur (untuk tipe tertentu).
Selain itu, setiap hal yang bersentuhan langsung dengan alam bila tidak ingin cepat timbul efek yang tidak diinginkan, sebaiknya dilakukan treatment khusus dalam rangka memperpanjang usia material itu sendiri.
”Pada batu alam biasa kita lakukan coating atau pelapisan dengan cairan semacam cat. Ada yang efeknya mengkilat atau glossy, ada yang efeknya natural seperti apa adanya, dan pada jenis batu tertentu ada yang diberi coating berwarna hitam atau gelap. Semua bergantung pada komposisi yang ingin kita ciptakan,”
Sementara batu alam yang ada di dalam rumah biasanya berhubungan dengan tema desain. ”Jadi, komposisi dan warna batu yang kita pilih untuk kita aplikasikan pada desain atau hunian sebaiknya harus tetap menjadi sebuah komposisi yang harmonis dan asri,”
Misalnya, sebut Briyan, pada tema minimalis menggunakan batu alam yang cenderung pola ukurannya rapi atau tidak dalam bentuk acak-acakan, seperti batu gamping. Bisa juga menggunakan batu andesit pada tema minimalis dengan metode disusun sirih atau batu palimanan yang cenderung kita kenal sebagai ornamen pada tema hunian Mediteranian.
Sebenarnya penggunaan material batu alam bisa kita arahkan dan kita jadikan sebagai aplikasi pada tema desain tertentu. Lantas, permukaan batu yang bagaimana yang bagus untuk diekspos?
Briyan menuturkan, semua batu alam dari berbagai warna dan karakter bahan, dari yang paling halus permukaannya sampai yang kasar, semua layak ditampilkan atau diekspos.
”Yang jelas, menurut saya, jika kita sudah memilih batu alam sebagai salah satu media ekspresi pada hunian, kita harus tetap menghargainya sebagai batu alam ’yang jujur’ tanpa harus dicat dengan warna lain,”.
Ambil contoh marmer atau granit, batu gamping atau batu candi, paras jogja atau banyak batuan lain yang sering dijumpai, sebaiknya biarkan karakter batu tersebut yang menjadi warna pada dinding atau tekstur batu tersebut mengisi fasad bangunan atau bahkan dinding ruang dalam.
www.forum-buku.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar