Seorang sopir dapat mobil Mercy. Tukang Parkir tinggal di rumah gedung, Sarjana dan naik jabatannya. Ganjaran kejujuran…
Saya harap Adek bersedia tinggal di rumah Ibu, mau melanjutkan sekolah atau mau tetap bekerja disini, itu terserah Adek. Malam ini Ibu tunggu di rumah dan ini alamat Ibu, sambil si Ibu menyerahkan kartu namanya. Ini adalah ganjaran atas kejujuran si Tukang Parkir yang diceritakan oleh Supervisornya (Sun Parking) Saudaraku.
Si Adek Tukang Parkir, tinggal di rumah si Ibu, tidur makan gratis dan telah menyelesaikan pendidikan Sarjana atas biaya si Ibu tadi sambil tetap bekerja dan jabatannya meningkat menjadi Supervisor.
Begini awal mulanya.
Disuatu Mall, seperti biasa Tukang Parkir memeriksa semua mobil yang sedang Parkir. Salah satu diantaranya ditemukan sebuah mobil mewah dalam keadaan tak terkunci, di jok belakang tertinggal sebuah Tas Branded entah apa isinya. Oleh si Tukang Parkir, mobil ditunggu sampai si pemilik datang. Maaf Ibu, mobil Ibu tidak terkunci. Si Ibu sangat kaget dan dengan tergesah-gesah memeriksa tasnya. Uang ratusan ribu Dollar dan perhiasan berlian masih tetap utuh.
Cerita lainnya tentang kejujuran, adalah ketika seorang Sopir (Udin, bukan nama sebenarnya) mendapat sebuah Mobil Mercy dari Aliong (bukan nama sebenarnya).
Pada saat kerusuhan Mai 1998, Rumah Aliong, warga keturunan diamuk massa mau dibakar. Saya yakin, anda masih ingat tragedi yang mencekam ini khan ?. Ngeriiii….Kebetulan waktu tanggal 13 Mai 1998, saat Jakarta merah menyala dan asap mengepul di mana-mana, aku ngantor di Jalan Gajah Mada dan melihat dengan mata kepalaku bagaimana cara membakar Gedung. Nggak usah diceritain disini ya ?. Ohh yaa… aku nggak ikut-ikutan lho !
Aliong ketakutan dan melemparkan semua kunci mobil yang ada di Garasi. Silahkan Mobil di ambil, asalkan rumah saya jangan di bakar, begitu teriaknya dari dalam rumah. Salah satu mobil BMW tahun 1980 an diambil oleh si Udin dan mobil lainnya entah siapa yang membawahnya. Hilang tak tahu rimbanya.
Setelah Aliong kembali ke Indonesia dari pelariannya, si Udin mengembalikan mobil yang diambilnya. Pak Aliong, ini mobil Bapak saya kembaliin. Kemaren saya simpan di rumah. Terima kasih Pak Udin, itu adalah mobil kesayangan saya. Silahkan Pak Udin bawah mobil Mercy ini, terserah, mau dijual atau mau diapakan.
Kalau yang ini cerita si Rizal (bukan nama sebenarnya), sang Juragan beberapa pedagang Kaki Lima (Kaca Mata) dan memiliki beberapa counter perhiasan imitasi yang ada dalam beberapa Mall, berbeda dengan cerita-cerita di atas.
Cerita ini bagus lho !. Jangan pindahkan cenel anda he he he
Zal, hebat kamu ya ?. Counter perhiasanmu banyak, ada dimana-mana. Ditambah lagi beberapa Kaki Lima. Apa nggak pusing mengurus begitu banyak ?. Bagaimana kalau anak buahmu berbohong?. Tidak menyetorkan hasil penjualan ?. Atau dijual Rp 25.000 dilaporkan Rp 15.000 ?. Kira-kira begitulah pertanyaanku mengintrogasi si Rizal anak petani yang nggak tamat SD. Padahal dia nggak ada salahnya lho !
Uda jangan bergarah !. Rizal agak terpeleset, gabungan bahasa Padang dengan bahasa Indonesia. Bergarah artinya becanda ha ha ha.
Pasti Uda lebih taulah caranya. Dalam hati yang kutahu adalah serangkaian pertanyaaan dari seorang psikolog memakai mesin lie detector.
Benar Zal. Ambo nggak tau caronyo, mulai pula aku yang terpeleset he hehe.
Kita pakai Mangement Restoran Padang saja Uda. Keuntungan dibagi sesuai yang sudah kita sepakati. Yang penting jujur, kalau barang laku Rp 25.000, catat dibuku Rp 25.000,-. Kalau laku Rp 15.000, catat dibuku Rp. 15.000. Tiap sore ambo periksa, dari keuntungan yang diperoleh, bagian anak buah langsung dibagikan, tapi sebagian haknya Ambo tahan. Dibagikan saat Lebaran atau keperluan mendesak lainnya. Ditabung istilahnya.
Oh… begitu. Kalau dicatatnya nggak sesuai ?. Itu masalah gampang Uda !. Iya…caranya bagaimana ?
Suatu ketika, saya minta tolong Abang Becak. Bang !. Tolong beliin kaca mata di situ ya ! (tempat salah satu dagangan si Rizal yang dijaga oleh si Oyon/bukan nama sebenarnya), modelnya apa saja. Kaca mata yang dibeli Abang Becak saya ambil dan si Abang Becak kasih uang rokok. Beres khan !
Sore hari waktu Ambo periksa catatan si Oyon, kaca mata yang dibeli Abang Becak Rp 25.000 dicatatnya Rp 15.000. Oyon, berapa jual beli hari ini ?. Rizal menerima uang dan menerima buku catatan dari si Oyon. Kok lebih kecil dari hari-hari kemaren ?. Ya Uda Rizal, hari ini sepi. Mungkin waang (kamu) salah catat, kata si Rizal, Tidak Uda, jawab si Oyon.
Ketauan perangai si Oyon yang sudah berbohong. Hal yang sama Ambo (saya) lakukan lagi dengan menyuruh Abang Becak yang lain. Ternyata si Oyon masih mencatat lebih kecil dari harga yang dibayar si Abang Becak. Sudah dua kali, si Oyon berbohong. Sudah gawat ini, bisa bangkrut.
Untuk yang ketiga kalinya, saya minta bantuan Abang Tukang Parkir. Sore hari waktu melihat catatan si Oyon yang tetap lebih kecil, kesabaran Ambo sudah mulai nggak tertahankan.
Oyon………, berapa jual beli hari ini ?. Kok tidak ada kemujuan. Coba liat lagi catatannya, mungkin waang (kamu) salah catat.
Catatannya betul, Uda. Tiba-tiba saya keluarkan ke tiga kaca mata yang pernah dibeli oleh Abang Becak dan Tukang Parkir. Ini, berapa kamu jual ?. Kamu sudah tiga kali berbohong.
Silahkan kamu pergi dan cari juragan lainnya. Saya marah Uda !..
Si Oyon minta-minta ampun mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Yaa..dia tetap bekerja. Sejak itu, jujurnya bukan main. Jual belinya naik setiap hari. Selalu dicatat apa adanya. Khawatir yang membeli orang suruhan.
Oh…. begitu caranya. Ada-ada saja kamu Zal.
Jujur memang tak ternilai……………..
Baca Juga:
Kisah Selebritas Berhenti Merokok
source:kompas.com
www.forum-buku.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar