Senin, 12 Desember 2011

Penikam Christopher Kerap Cari Mangsa di Mal


VIVAnews - Pakar kriminologi, Thomas Sunaryo, memandang salah satu sebab terjadinya street crime (kejahatan jalanan) di Jakarta lebih dikarenakan faktor makin sulitnya kehidupan ekonomi.

"Kondisi masyarakat kita dalam krisis ekonomi, orang cari kerja sulit. Kita lihat jalan raya, polisicepe banyak, kalau kasih kerja gampang pastinggak mau mereka di jalan," ujar Thomas ketika di hubungi oleh VIVAnews.com, Sabtu, 10 Desember 2011. 

Selain itu, menurut Thomas, masyarakat saat ini juga mengalami kebingungan karena tidak adanya sosok yang menjadi pedoman bagi masyarakat.

"Masyarakat dalam anomali, bingung, norma mana yang benar? Lihat pejabat- pejabat, mereka mestinya jadi panutan, korup. Anggota DPR berantem, sedangkan kasus- kasus besar tidak ada yang diselesaikan," ujar Thomas. "Kalau rakyat kecil mencuri, gampang masuk penjara."

Menurutnya street crime yang terjadi di kota besar seperti Jakarta karena sifat masyarakat perkotaan yang individualis dan sifat bersaing untuk mendapatkan materi. "Kita lihat, teknologi, style di Jakarta selalu berubah, hingga orang walau tidak mampu, tetap berusaha bisa mendapatkan," ujar Thomas lagi.

Terkait dengan pembunuhan pelajar berprestasi di Singapura, Christoper Melky Tanujaya, Thomas mengatakan bila dilihat dari kronologi terbunuhnya Melky, ia menganggap bahwa pelaku adalah tipe orang yang reaktif. "Kepribadian orang macam-macam, pembunuh Christoper adalah tipe orang yang cepat bereaksi. Dia merasa takut kalau ia tiba-tiba ketahuan mencuri BlackBerry korban," urai Thomas.

Menurut Thomas,  reaksi berlebihan muncul dari alam bawah sadar pelaku, sehingga ketika korban tahu bahwa pelaku ingin mengabil BlackBerry-nya, pelaku langsung menusuk korban hingga tewas. "Reaksi tersebut juga muncul karena kekhawatiran pelaku bila korban melawan, atau berteriak, pelaku sadar, ia bisa dihakimi oleh warga sekitar," tutur Thomas.

Dalam dalam dua minggu ini terjadi dua kasus pembunuhan yang terjadi di jalanan ibukota. Pada tanggal 4 Desember 2011, seorang supir taksi, Humala Pardede ditemukan tewas. Mayatnya bersimbah darah ditemukan di gorong-gorong di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Klender, Jakarta Timur. Ketika ditemukan terdapat 10 luka tusuk, terutama di bagian kepala. Hingga saat ini, pelaku belum ditemukan.

Sehari usai tewasnya supir taksi, seorang pelajar berprestasi, Christoper Melky  Tanujaya (16), ditemukan tewas dengan luka tusukan di leher dan tengkuk di Jalan Pluit Selatan, Penjaringan, Jakarta Utara. Pelajar yang bersekolah di Singapura ini harus berakhir hidupnya dengan cara yang mengenaskan hanya karena pembunuh berusaha ingin merebut BlackBerry-nya. (hp).


Source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar