Terumbu karang di seluruh dunia sedang sekarat. Ilmuwan dan pemerintah bertanya-tanya, apa yang akan terjadi jika mereka menghilang. Jawabannya sungguh mengerikan!
Terumbu karang adalah bagian dari rantai makanan laut. Hampir setengah dari spesies ikan yang dikonsumsi dunia, berlindung di balik naungan bebatuan itu. Ratusan juta manusia di seluruh dunia, bergantung pada keberadaan terumbu karang untuk makanan dan kelangsungan hidup. Jika karang ini musnah, kelaparan, kemiskinan dan ketidakstabilan politik bisa terjadi.
“Seluruh dunia terancam, tanpa kehadiran terumbu karang,” kata Carl Gustaf Lundin dari International Union for the Conservation of Nature, Jumat (26/3/2010). Beberapa riset melaporkan, terumbu karang di seluruh dunia terancam punah.
Penyebab utamanya adalah pemanasan global, polusi, serta pembangunan di daerah pesisir. Selain itu juga perahu nelayan yang tidak mengambang, namun terseret di barisan karang ini. Juga perhiasan dan suvenir dari koral yang diperdagangkan secara internasional.
Berdasarkan laporan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), setidaknya 19% terumbu karang dunia telah musnah. Termasuk 50% terletak di Karibia. Sedangkan 15% lainnya akan mati dalam waktu 20 tahun.
Dosen Old Dominion University yang juga mengepalai sensus dunia untuk spesies laut, Kent Carpenter berpendapat, koral akan musnah dalam waktu 100 tahun jika global warming tak segera diatasi. Ekosistem laut akan menjadi yang pertama merasakan dampaknya. “Seluruh kehidupan di laut akan musnah,” ujarnya.
Kepala NOAA Jane Lubchenco, tak bisa membayangkan dunia tanpa barisan koral di laut. Ahli biologi kelautan ini berkata, koral merupakan sumber makanan, obat-obatan dan kehidupan jutaan manusia di dunia.
Pembaruan dan penciptaan ulang pun banyak terjadi di sekitar terumbu karang. “Kecantikan eksotis terumbu karang ini merupakan harta dunia yang tak ternilai,” tuturnya.
Terumbu karang yang eksotis dan berwarna-warni bukan hanya sekadar batu tak bernyawa. Koral terbuat dari makhluk hidup yang mengeluarkan exoskeleton dari kalsium karbonat yang keras. Ketika hewan itu mati, struktur keras mereka tak musnah. Ikan laut menjadikannya tempat berlindung yang aman dan nyaman, serta tempat untuk makan.
Jika musnah, maka ikan-ikan itu hanya tinggal sejarah. Lupakan kerang, tiram, dan beberapa makhluk lain yang biasa disantap manusia sebagai bagian menu andalan mereka. Kebutuhan dunia akan ikan komersial pun tak bisa terpenuhi.
Cassandra deYoung dari Organisasi Pangan dan Agrikultur (FAO) mengatakan, ikan akan menjadi barang mewah. “Miliaran orang sudah kelaparan. Ini akan memperburuk kondisi kita semua. Ketahanan pangan seluruh dunia akan kacau karena hal ini,” ulasnya.
Secara ekonomi, dampaknya juga tak kalah besar. Sektor perikanan, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini mempekerjakan 38 juta orang di seluruh dunia. Dengan tambahan 162 juta orang yang secara tak langsung terlibat dalam industri ini. Selain pangan, banyak industri pariwisata juga bergantung dari keberadaan koral. Obat-obatan penting pun ada yang terbuat dari terumbu karang.
Lalu bagaimana menyelamatkan ekosistem terumbu karang ini? Para ahli mengatakan, pemangkasan emisi gas rumah kaca bisa menekan suhu laut dan keasaman air laut yang terus meningkat.
Harus ada pembatasan terumbu karang, dalam artian beberapa tak bisa dieksploitasi untuk pemancingan dan diving. Pengendalian pembangunan daerah pesisir dan polusi bisa membalikkan proses kepunahan terumbu karang atau setidaknya mengurangi.
Misalnya Florida, yang dikenal sebagai zona isolasi terbesar di AS. Lebih dari 210 kilometer persegi wilayah pesisirnya tak boleh dilewati kapal pemancing. Kemudian ada wilayah cluster pulau-pulau, Dry Tortugas National Park, sekitar 105 kilometer lepas pantai Key West, juga tak boleh dijamah.
Pembatasan semacam ini, sayangnya, mendapat pertentangan dari nelayan. Beberapa UU lingkungan hidup pun banyak mendapat perlawanan. Bahkan pekan lalu, dalam pertemuan International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora, proposal berskala global yang diajukan AS dan Swedia, ditolak mentah-mentah._
Tidak ada komentar:
Posting Komentar