Jurnaldunia.com - Jutaan orang kehilangan pekerjaannya saat krisis keuangan global melanda pada 2008. Ditambah lambatnya pertumbuhan, lapangan kerja sekali lagi terguncang. Contohnya, Amerika Serikat (AS) yang harus merumahkan 8,3 juta orang selama resesi dan hanya 43% yang bisa kembali bekerja dalam jangka waktu 34 bulan.
Anak muda mungkin yang paling merasakan dampak buruk prospek kerja yang suram kala itu. Jumlah pengangguran anak muda di zona Eropa mencapai lebih dari 22%, sedangkan di Yunani dan Spanyol sendiri sudah melebihi 50%.
Lalu, negara ekonomi besar mana sajakah yang memiliki tingkat pengangguran tertinggi? International Labour Organization (ILO) menyusun data tingkat pengangguran rata-rata tahunan pada 2011 yang diperoleh dari sumber statistik nasional negara masing-masing.
Inilah 10 negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di antara 50 negara ekonomi besar di dunia, dilansir dari CNBC (16/6/2012):
Anak muda mungkin yang paling merasakan dampak buruk prospek kerja yang suram kala itu. Jumlah pengangguran anak muda di zona Eropa mencapai lebih dari 22%, sedangkan di Yunani dan Spanyol sendiri sudah melebihi 50%.
Lalu, negara ekonomi besar mana sajakah yang memiliki tingkat pengangguran tertinggi? International Labour Organization (ILO) menyusun data tingkat pengangguran rata-rata tahunan pada 2011 yang diperoleh dari sumber statistik nasional negara masing-masing.
Inilah 10 negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di antara 50 negara ekonomi besar di dunia, dilansir dari CNBC (16/6/2012):
10. Prancis
GDP 2011: 1,7%
Meski tingkat pengangguran Prancis mencapai 9,3% di 2011, kini angka tersebut sudah naik lagi ke level 10%, menandai rekor tertinggi dalam 13 tahun.
Lemahnya pasar buruh di negara berekonomi terbesar kedua zona Eropa ini merupakan faktor utama yang menggiring peta politik Prancis ke tangan kandidat Sosialis, Francois Hollande dalam pilpres Mei lalu.
Hollande beberapa kali menyerang incumbent Nicolas Sarkozy menggunakan fakta menurunnya sektor industri Prancis. Dia menyorot hilangnya 355.000 lapangan kerja di bidang industri semasa lima tahun pemerintahan Sarkozy.
Sebulan sebelum pilpres, sebuah survey OpinionWay menunjukkan bahwa 40% pekerja Prancis percaya kalau pekerjaan mereka beresiko. Pemerintah sudah berjuang untuk mencegah berbagai industri kelas atas supaya tidak tutup karena ini akan mengakibatkan lebih banyak lagi pengangguran.
Operator kapal ferry SeaFrance, produsen pakaian dalam wanita Lejaby dan kilang milik Petrolplus Swiss semuanya terancam. Serikat buruh Prancis Mei lalu menekan Presiden Hollande untuk mencegah lebih dari 45 perusahaan menutup produksinya yang akan membuat 90.000 orang jadi pengangguran.
Menurut serikat, firma-firma yang berencana menutup pabriknya antara lain: PSA Peugeot Citroen, General Motors dan peritel Conforama.
9. Polandia
GDP 2011: 4,3%
Meski Polandia merupakan salah satu yang mengalami tingkat pertumbuhan GDP tercepat dibandingkan negara-negara zona euro yang terlilit utang, tingkat pengangguran Polandia masih terbilang tinggi.
Menurut ekonom OECD Balazs Egert, reformasi buruh seperti membatasi pensiun dini seiring dengan ledakan kelahiran bayi Polandia pada 1980an telah meningkatkan partisipasi ketenagakerjaan dan mendorong pengangguran.
“Jika Anda menciptakan lapangan kerja baru, pekerjaan-pekerjaan ini diimbangi dengan peningkatan besar dalam angka partisipasi,” kata Egert.
Tingkat pengangguran Polandia mencapai 12,6% pada Mei, turun 0,3% dari April, namun jauh lebih tinggi dibanding rata-rata tahunan 2011 yang mencatat 9,6%. Kaum muda yang paling merasakan dampak krisis lapangan kerja. Menurut studi terbaru OECD, 1 bahkan lebih dari 5 anak muda menganggur.
Tingkat pengangguran anak muda melonjak hingga 26,7% pada Maret dari 18,5% di Desember 2007. Ada peningkatan kekhawatiran bahwa kaum muda ini akan terus menganggur selamanya. Ditambah dengan fakta produsen besi baja kelas dunia, ArcelorMittal mengumumkan PHK massal untuk kawasan Eropa Timur yang mempengaruhi 1.000 pekerja di Polandia.
Krisis utang zona Eropa yang terus memburuk dan lambatnya pertumbuhan ekonomi memaksa produsen besi baja untuk menghentikan atau mengurangi produksinya. Kekurangan pekerjaan dan upah rendah memicu eksodus massal pekerja dari Polandia ke negara-negara Eropa Barat seperti Jerman dan Austria.
Hal ini menyebabkan diterapkannya pembatasan pekerja Eropa Timur untuk memasuki pasar kerja mereka tahun lalu. Upah bulanan rata-rata Polandia pada 2011 adalah US$ 1.215 atau hanya sepertiga dari upah kerja di Jerman.
8. Turki
Pertumbuhan GDP 2011: 8,5%
Pertumbuhan pesat ekonomi Turki yang mengagumkan sepanjang satu dekade ini tidak sebanding dengan kekuatan di sektor lapangan kerjanya. Dengan pertumbuhan GDP tahunan rata-rata melampaui 7% sepanjang 2002 – 2006, tingkat pengangguran malah terus-terusan berada di kisaran 10%.
Menurut ekonom senior OECD Rauf Gonec, faktor utama di balik tren ini adalah peningkatan jumlah orang yang meninggalkan sektor agrikultural dan pindah ke area urban. Selain itu, juga ada peningkatan permintaan pekerja dengan keterampilan level medium hingga tinggi dalam ekonomi Turki.
Sementara golongan buruh punya keterampilan lebih rendah dan menciptakan ketidakseimbangan antara permintaan buruh dan suplai. “Perusahaan Turki tidak bisa menemukan suplai buruh terampil yang cukup di area yang mereka siapkan untuk mempekerjakan lebih banyak orang,” kata Gonec.
Sementara itu, ada perbaikan pada tingkat pengangguran kaum muda beberapa tahun belakangan. Tingkat pengangguran kaum muda menurun dalam lima tahun terakhir, dari 17,1% pada Desember 2007 menjadi 15,4% pada Maret tahun ini, menurut OECD.
Ketika partisipasi anak muda dalam ketenagakerjaan telah meningkat, jumlah partisipasi wanita dalam ketenagakerjaan Turki masih rendah. Pada 2011, porsi ketenagakerjaan wanita hanya 29% dari total pekerja 6,9 juta menurut ILO.
Hampir separuh wanita Turki pernah bekerja, tapi sebagian besar berhenti karena kewajiban keluarga atau kondisi bekerja yang memprihatinkan. Hanya 24% wanita berpendidikan dasar yang memiliki pekerjaan.
7. Kolombia
Pertumbuhan GDP 2011: 5,9%
Kolombia telah berkembang pesat sejak pemerintah berhasil mengendalikan perang sipil dan pemberontakan, tapi tingkat penganggurannya masih termasuk yang paling tinggi di Amerika Latin. Meski tingkat pengangguran Kolombia tahun ini turun menjadi 10,8% dari 11,8% saat 2010, angka tersebut masih lebih tinggi 2% daripada negara tetangganya, Venezuela yang duduk di peringkat kedua.
Maret lalu, ibukota Kolombia Barat, Quibdo mencatat tingkat pengangguran sangat tinggi yaitu 19,1%. Pemerintah Kolombia telah meloloskan legislasi Desember lalu yang menargetkan angka pengangguran hanya 8,5% pada 2014. Untuk mencapai hal ini, pemerintah memberi bisnis kecil dan menengah 'jeda sementara' untuk tidak membayar pajak penghasilan demi menggenjot jumlah penerimaan karyawan baru.
Namun tahun lalu IMF memperingatkan pemerintah bahwa hambatan utama penerimaan kerja formal di Kolombia adalah relatif tingginya upah minimum kerja. Pada 2010, pemerintah Kolombia menaikkan upah minimum kerja sebanyak 4% menjadi US$ 300 per bulan setelah tingkat inflasi naik ke level 3,1%. IMF mengatakan, upah minimum kerja menaikkan ongkos buruh.
6. Iran
Pertumbuhan GDP 2011: -
Sanksi Barat, kekurangan investasi asing langsung dan penurunan produksi minyak telah melukai ekonomi Iran dan sangat berpengaruh pada kondisi lapangan kerja negeri Timur Tengah ini. Menurut otoritas berwenang, sekitar 15% warga Iran usia aktif bekerja kini menganggur. Namun karena banyak pekerjaan formal yang tidak membayar upah layak untuk orang-orang Iran menghidupi kebutuhan sehari-harinya, mungkin angka sebenarnya lebih tinggi.
Menurut Pusat Sensus Iran, tingkat pengangguran untuk usia di bawah 25 tahun adalah 29,1%. Tapi analis mengatakan angka sebenarnya mungkin bisa dua kali lipat dari yang disebutkan tadi. Menurut Menteri Ketenagakerjaan, lulusan perguruan tinggi punya kemungkinan menganggur 10 kali lipat lebih tinggi dibanding orang dengan kualifikasi lebih rendah.
Tingginya angka pengangguran memicu berbagai protes yang digerakkan kaum muda negeri tersebut. Seperti negara Timur Tengah lainnya, Iran juga memiliki partisipasi ketenagakerjaan wanita yang rendah. Pada 2009, hanya 740.000 wanita yang menganggur dibandingkan pria yang mencapai 2,7 juta pengangguran. Di tahun yang sama, ada sekitar 17,4 juta tenaga kerja pria dari total 21 juta orang dalam lapangan kerja Iran.
5. Portugal
Pertumbuhan GDP 2011: -1,5%
Meski tingkat pengangguran Portugal sepanjang 2011 tercatat 12,7%, angka ini melonjak ke 14,9% pada triwulan pertama 2012 karena negeri ini bergumul dengan resesi terberat yang pernah mereka alami sejak 1970an. Tingkat pengangguran di kalangan anak muda juga melesat ke level 36,2%
Sektor yang paling terpengaruh utang Spanyol salah satunya adalah industri perkapalan. Naval Shipyards, satu-satunya produsen Portugal yang masih membangun kapal-kapal baru, harus merumahkan 700 dari ribuan karyawannya selama beberapa tahun terakhir.
Program penghematan ketat yang diimplementasikan pemerintah sebagai imbalan paket bailout US$ 116 milyar dari Uni Eropa dan IMF malah makin menyulitkan terciptanya lapangan kerja baru di Portugal. Ditambah, angka pengangguran telah melampaui 13,7% atau level perkiraan dalam perjanjian bailout 2012. Jika lebih tinggi lagi, maka pemerintah kemungkinan harus membayar lebih banyak untuk benefit pengangguran.
4. Irlandia
Pertumbuhan GDP 2011: 0,7%
Irlandia mengakhiri 2011 dengan gugurnya industri jasa dan rata-rata angka pengangguran tertinggi dalam sejarah 20 tahun terakhir. Mei ini tingkat pengangguran Irlandia turun tipis ke angka 14,3%, masih jauh dari catatan 2007 sebelum krisis fiskal dan perbankan melanda yaitu 4,5%. Dari beberapa kejadian paling mencolok, salah satunya adalah ketika Bank of Ireland mem-PHK 1.000 karyawannya.
Bank of Ireland, satu-satunya pemberi pinjaman Irlandia yang menolak nasionalisasi setelah sekelompok investor Amerika Utara datang untuk menyelamatkan mereka tahun lalu, hanya memiliki 13.200 karyawan di akhir 2012. Telah berkurang banyak dari masa puncaknya yakni di atas 16.000 karyawan ketika properti Irlandia booming pada 2008.
Tingginya tingkat pengangguran menimbulkan tren baru beberapa tahun belakangan. Banyak mantan karyawan yang sekolah/kuliah lagi atau cari kerja di luar negeri. Eksodus ini berhasil mencegah tingkat pengangguran Irlandia melejit hingga 23% seperti Spanyol atau 18% seperti Yunani.
Kaum pekerja yang mati-matian ingin keluar dari suramnya ekonomi Irlandia membuat terjadinya ledakan sumber daya di Australia Barat. Di sini, penambang bisa mendapat upah hingga US$ 150.000 per tahun. Irlandia berada di peringkat tiga sebagai negara yang warganya paling banyak mendapat visa Australia untuk imigran terampil.
3. Yunani
Pertumbuhan GDP 2011: -6,9%
Resesi Yunani sudah sedemikian parahnya, hingga lebih dari 1 di antara 5 orang kini menganggur. Mencetak rekor pengangguran baru yakni 21,7% pada Februari 2012, setelah rata-rata 2011 tercatat 17,7%. Sekitar 54% kalangan usia 15-24 tahun tak punya pekerjaan.
Jika ditotal, 1,1 juta warga Yunani kini menganggur atau 42% lebih tinggi dibanding Februari periode tahun lalu. Tingkat pengangguran paling tinggi berada di pusat kota Yunani, khususnya Athena. Ini merupakan tahun kelima ekonomi Yunani kembali terpuruk.
Sulitnya mencari pekerjaan, ditambah pemotongan gaji dan dana pensiun sebagai bagian dari program penghematan anggaran, telah menyulut kemarahan masyarakat yang menentang partai-partai politik pro bailout.
Pemotongan anggaran sebagai syarat bailout Uni Eropa dan IMF menyebabkan banyak perusahaan tutup dan bangkrut. Hidup warga Yunani yang masih bekerja jadi makin sulit karena upah minimum bulanan dipotong sekitar 1/5 menjadi US$ 720 untuk menggenjot perekrutan kerja baru.
Minim lapangan kerja dan menurunnya kualitas hidup juga mempunya dampak psikologis. Jumlah kasus bunuh diri meningkat 40% pada paruh pertama 2011 dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya.
2. Spanyol
Pertumbuhan GDP 2011: 0,7%
Sebagai negara berekonomi terbesar keempat di zona euro, Spanyol memiliki tingkat pengangguran paling tinggi di antara negara-negara Eropa lainnya. Spanyol jatuh ke dalam resesi pada pertengahan 2008 ketika terjadi bubble properti yang menyebabkan sektor jasa dan konstruksi bertumbangan. Hal ini menyebabkan PHK besar-besaran dan melipatgandakan jumlah pengangguran saat itu.
Di triwulan pertama 2012, angka pengangguran Spanyol meningkat ke 21,3% atau dua kali lipat rata-rata Uni Eropa. Sekitar 4,9 juta dari 45 juta warga Spanyol kini tak punya pekerjaan lagi dan menandai rekor tertinggi dalam sejarah 14 tahun terakhir. Jumlah pengangguran berdampak besar terhadap konsumsi domestik yang mempengaruhi GDP Spanyol.
Penjualan ritel mencatat penurunan tertajam dalam dua tahun terakhir ketika Maret lalu anjlok jadi 8,6% year-on-year. Salah satu kasus PHK terbesar pada 2011 adalah grup media Prisa yang akan memangkas 2.500 karyawannya atau setara dengan 18% dari total karyawan. Sektor publik juga mengalami perampingan besar-besaran. Di triwulan pertama tahun ini, ada sekitar 32.000 orang yang kini tidak digaji lagi.
1. Afrika Selatan
Pertumbuhan GDP 2011: 3,1%
Afrika Selatan merupakan negara Afrika berekonomi terbesar sekaligus pemilik tingkat pengangguran tertinggi di antara 50 negara ekonomi terbesar dunia. Tidak seperti kasus di Eropa yang mengalami peningkatan pengangguran pesat, situasi di Afrika Selatan bukanlah kasus baru. Tingkat pengangguran Afrikas Selatan sudah melampaui 20% sejak 1997.
Faktor penyebab utama tingginya pengangguran di Afrika Selatan adalah sejarah apartheid negara ini. Menurut Theo Sparreboom, ekonom buruh senior di ILO, apartheid telah menciptakan pasar gelap ketenagakerjaan. Pada triwulan pertama 2012, angka pengangguran melambung hingga 25,2% dibanding triwulan terakhir 2011 yang 'hanya' 23,9%.
Lapangan kerja baru tercipta di sektor ritel dan manufaktur, namun sektor konstruksi, pertambangan dan penggalian ramai-ramai mengurangi jumlah pekerja. Hanya sedikit sekali dari 1 juta orang yang kehilangan pekerjaannya saat resesi telah menemukan pekerjaan baru. Pertumbuhan ekonomi juga tetap di bawah 7%.
Tingginya pengangguran juga berakibat meningkatnya utang rumah tangga di Afrika Selatan. Menurut bank sentral, persentasenya mencapai 75% dari penghasilan yang disisihkan. Mereka yang masih bekerja tidak hanya harus menopang anggota keluarga inti, tapi juga saudara-saudaranya. Seperti membayar uang sekolah dan tagihan kesehatan. Para ahli mengkhawatirkan masalah utang Afrika Selatan akan makin memburuk seiring bank-bank terpaksa mengambil pinjaman tak aman/terjamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar