Pertumubuhan penduduk di kota kini semakin sulit terbendung. Berbagai masalah yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang memadati kota-kota bersar. Salah satunya sampah. Semakin banyak penduduk, maka akan semakin banyak pula konsumsi akan suatu barang atau produk.
Konsumsi produk kebutuhan sehari-hari mau tidak mau menghasilkan sisa-sisa produk, yaitu sampah. Bukan hanya sampah alam dan sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik juga tidak tertangani dengan baik. Kapasitas sampah rumah tangga yang dihasilkan semakin meningkat, baik jumlah maupun ragamnya. Meski begitu, pengelolaan sampah selama ini masih belum memadai dan cara pengolahannya pun belum profesional. Mau tidak mau, hal ini menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Jika tidak dibarengi dengan fasilitas pengolahan sampah atau tempat pembuangan sampah yang memadai, maka akan menyebabkan penumpukan sampah di dalam kota, baik itu di pasar-pasar, pinggir jalan, dan sungai. Tentu saja hal itu akan menyebabkan masalah yang lebih besar lagi dari pada ahanya sekedar penumpukan sampah. Masalah yang akan dihadapi adalah wabah penyakit yang akan melanda karena sampah yang menumpuk akan mengakibatkan semakin pesat berkembangnya bakteri-bakteri penyebab penyakit. Dan lebih parah lagi yang akan terjadi jika sampah yang dibuang ke sungai itu menumpuk, akan mengakibatkan banjir akibat dari terhambatnya aliran sungai.
Sebagai contoh kota yang tengah mengalami masalah sampah ini adalah Kota Bandung. Saat ini kota Bandung sedang menghadapi masalah yang serius soal sampah. Banyak sampah yang berserakan di sudut-sudut kota bahkan di jalanan kota Bandung. Sejauh pengamatan penulis, trotoar dan jalur hijau sudah beralih fungsi menjadi tempat menimbun sampah. Jika kita jalan dari arah Dago ke bawah, maka di jalur hijau ada tumpukan kantong-kantong sampah yang tidak tahu sampai kapan ada di situ. Di daerah Pasteur ada tumpukan sampah yang sudah menggunung segede truk sampah. Lebih parah lagi kalo kita ke Taman Sari. Ironis memang apalagi Taman Sari khan deket Kampus ITB. Penyebab utama masalah sampah ini adalah kota Bandung yang tidak memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) lagi. Hal ini disebabkan ditutupnya TPA Leuwi Gajah beberapa waktu yang lalu karena sudah dianggap melebihi kapasitas. Saat ini Pemerintah Kota bandung masih mengalami kesulitan dalam mencari lahan yang dapat dijadikan TPA. Masalahnya adalah penolakan warga sekitar yang merasa terganggu dan enggan jika wilayahnya dijadikan TPA.
Alternatif Solusi
Solusi yang umum digunakan untuk mengatasi masalah sampah adalah solusi Landfill, yaitu menampung sampah dalam satu tempat. Sampah tersebut diambil oleh pemulung dan sisanya dibakar atau ditimbun untuk waktu yang lama. Solusi Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah:
- Meminimalkan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan barang-barang yang masih bisa digunakan dan tidak langsung dibuang atau dijadikan sampah.
- Sampah yang dibuang harus dipilah. Sampah diplah berdasarkan jenisnya, misalnya saja dibagi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik.
- Tiap warga diharapkan mengelola sampahnya sendiri. Misalnya dengan menimbun sampah di sekitar lingkungannya sendiri. Namun hal ini akan sulit dilakukan untuk wilayah yang padat karena lahan yang kosong sulit ditemukan. Solusinya bisa dengan kerjasama antar wilayah untuk menangani sampah.
Sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah kota. Namun sampah juga merupakan tanggung jawab masyarakat penghasil sampah itu sendiri. Perlu adanya kesadaran diri dari masyarakat untuk memperhatikan lingkungannya dan tidak menggap sepele permasalahan sampah. Karena jika permasalahan sampah ini dibiarkan maka akan menjadi sangat susah untuk diselesaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar